Sejarah
Pembentukan bumi.
· Mendeskripsikan sejarah
pembentukan muka bumi
· Mengidentifikasi
karakteristik lapisan bumi
· Menjelaskan perkembangan
bentuk muka bumi
Menganalisis teori tektonik lempeng
Proses Terjadinya Bumi
-
Big bang
Kejadian alam semesta dan
terbentuknya tata surya diawali dari sebuah dentuman dahsyat
-
Pembentukan bintang
Hasil ledakan yang
berupa debu dan awan hidrogen tersebut membentuk bintang-bintang (Matahari dan
Bumi sebagai calon tata surya belum dilahirkan).
-
Supernova
Yaitu ledakan suatu
bintang di galaksi yang memancarkan energi yang teramat besar. Peristiwa
supernova ini menandai berakhirnya riwayat suatu bintang.
-
Pendinginan Nebula
Setelah peristiwa
supernova, gravitasi antar bahan nebula mulai aktif. Ketika gravitasi mulai bekerja,
pembentukan sebuah bintang dan atau matahari mulai terjadi.
-
Pembentukan Matahari & cincin planet
Gaya gravitasi antar
molekul menyebabkan adanya gerakan memutar, bagian pusat menjadi matahari,
sedangkan gumpalan-gumpalan lainnya menjadi planet-planet. Ketika daya pancar
matahari membesar, selubung gas pada planet yang dekat dengan matahari tersapu
sehingga ukurannya menjadi lebih kecil dan padat
-
Akresi (accretion) adalah penambahan panas karena bumi
dihujani atau dihantam oleh benda-benda angkasa. Energi dari benda-benda
tersebut berubah menjadi panas. Sebagai gambaran, tiap 5 ton berat benda
angkasa yang menghantam bumi dengan kecepatan 30 km/ detik mampu memberikan
energi yang sama dengan ledakan nuklir sebesar 1.000 ton.
-
Kompresi dan distintegrasi
Kompresi atau semakin
memadatnya bumi karena gaya gravitasi. Bagian dalam bumi menerima tekanan yang
lebih besar dibanding bagian luarnya. Tingginya suhu pada bagian dalam atau
inti bumi, mengakibatkan unsur besi menjadi cair sehingga inti bumi merupakan
cairan.
-
Disintegrasi atau penguraian unsur-unsur radioaktif,
seperti uranium, thorium, dan potasium. Jumlah unsur-unsur tersebut sebenarnya
relatif kecil tetapi dapat meningkatkan suhu bumi. Atom-atom dari unsur
tersebut secara spontan terurai dan mengeluarkan partikel-partikel atom yang
berubah menjadi unsur lain. Partikel-partikel tersebut diserap oleh batuan di
sekitarnya.
-
Pembentukan Atmosfer, Samudera, Benua & makhluk hidup
-
Makhluk Hidup
Fase-Fase Pembentukan
Bumi ada 3 :
Ø
Fase Gas
Sekitar
4,6 miliar tahun yang lalu, awan dan gas (nebula) mengalami penyusutan.Sebagian
besar diantaranya menjadi
Matahari. Sisanya kemudian menyusut lagi dan terpecah menjadi gumpalan partikel es dan batuan. Lama kelamaan
partikel-partikel es dan batuan tersebut melekat
satu sama lain sehingga membentuk planet-planet.
Ø
Fase Cair
Setelah
± 100 juta tahun awalnya hanya berupa awan dan gas, bumi berubah menjadi bola batuan raksasa, Planet bumi ini menjadi
panas yang disebabkan partikel-partikel batuannya saling berbenturan. Permukaan bumi meleleh dan bumi
muda ini tampak merah membara.
Ø
Fase Padat
Radioaktif
yang terdapat didalam batuan suhunya semakin meningkat sehingga seluruh bumi meleleh. Berawal dari sini, terbentuklah
lapisan-lapisan bumi. Batuan yang lebih ringan mengapung
diatas lapisan besi tersebut.
Ø
Muncul Makhluk Hidup
Setelah
± 3,5 milia rtahun yang lalu, mulai muncul makhluk hidup di bumi, Makhluk hidup
yang pertama muncul di bumi berbentuk
sel mikroskopis. Setelah itu barulah muncul makhluk hidup yang lain, seperti hewan,
tumbuhan dan manusia
Bagaimana proses terjadinya
pelapisan bumi?
Secara ringkas, proses
pembentukan bumi terbagi menjadi tiga tahap, yaitu sbb :
- Tahap pada saat bumi merupakan planet yang homogen atau belum terjadi diferensiasi dan zonafikasi.
- Proses diferensiasi atau pemilahan, yaitu ketika material besi yang lebih berat tenggelam menuju pusat bumi dan material yang lebih ringan bergerak kepermukaan. Pada tahap ini, bumi tidak lagi homogen, tetapi terdiri atas dua bagian, yaitu material yang lebih berat (besi) dipusat bumi dan material yang lebih ringan dibagian yang lebih luar.
- Proses zonafikasi, tahap dimana bumi terbagi menjadi beberapa zona atau lapisan, yaitu inti besi yang padat, inti besi cair, mantel bagian bawah, zona transisi, astenosfer yang cair dan litosfer yang teridir atas kerak benua dan kerak samudra.
Karakteristik Pelapisan Bumi
Lapisan – Lapisan Bumi dari dalam keluar :
- Inti Dalam {besi dan nikel padat, suhu ± 4.500 ºC, diameter 2.740 km
- Inti Luar
- Mantel Bumi
- Kerak Bumi
- Atmosfer (troposfer, stratosfer, mesosfer/ionosfer, termosfer, eksosfer)
Ø
Barisfer yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bahan
padat yang tersusun dari lapisan nife (niccolum=nikel dan ferum besi) jari jari
barisfer +- 3.470 km.
Ø
Calcosfer/Lapisan antara yaitu lapisan yang terdapat di atas nife
tebal 1700 km. Lapisan ini disebut juga asthenosfer mautle/mautel), merupakan
bahan cair bersuhu tinggi dan berpijar. Berat jenisnya 5 gr/cm3.
Lithosfer yaitu lapisan paling luar yang terletak di atas
lapisan antara dengan ketebalan 1200km berat jenis rata-rata 2,8 gram/cm3.
Bismillah, masih dalam artikel
geografi, kali ini kita akan membahas tentang Teori Terbentuknya Kulit Bumi,
apa dan bagaimana Teori Terbentuknya Kulit Bumi itu. Semoga apa yang pengarang
buku ini tulis dapat bermanfaat untuk kita semua. Apabila Artikel ini bukan
jawaban yang teman-teman cari, silahkan gunakan fasilitas pencarian diatas
untuk menemukan artikel yang tepat. Selamat membaca Teori Terbentuknya Kulit
Bumi.
Kulit bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hal ini telah menjadi bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan dan perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang dan prediksi pada masa yang akan datang. Adapun berbagai teori terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut.
1. Teori kontraksi (Contraction theory)
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran.
Teori kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.
2. Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator bumi, sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi benua benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.
Kulit bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hal ini telah menjadi bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan dan perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang dan prediksi pada masa yang akan datang. Adapun berbagai teori terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut.
1. Teori kontraksi (Contraction theory)
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran.
Teori kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.
2. Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator bumi, sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi benua benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.
Gambar 2.6
Benua Laurasia dan Benua Gondwana
(Sumber:
http://land.heim.at/toskana/210137/)
3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory)
Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar yang disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus bergerak melalui dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju equator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah tersebut.
4. Teori konveksi (Convection theory)
Menurut teori konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, menyatakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya, sehingga ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudera), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
Bukti kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudera (Mid Oceanic Ridge), seperti Mid Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic Ridge. Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudera, umur batuan semakin tua. Artinya terdapat gerakan yang berasal dari Mid Oceanic Ridge ke arah berlawanan yang disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.
3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory)
Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar yang disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus bergerak melalui dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju equator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah tersebut.
4. Teori konveksi (Convection theory)
Menurut teori konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, menyatakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya, sehingga ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudera), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
Bukti kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudera (Mid Oceanic Ridge), seperti Mid Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic Ridge. Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudera, umur batuan semakin tua. Artinya terdapat gerakan yang berasal dari Mid Oceanic Ridge ke arah berlawanan yang disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.
Gambar 2.7
Arus Konveksi
(Sumber:
Koleksi penulis, 2007)
5. Teori lempeng tektonik (Plate
Tectonic theory)
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa planet bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Lapisan bagian atas bumi merupakan bagian yang tegar dan kaku berada pada suatu lapisan yang plastik atau cair. Hal ini mengakibatkan lapisan permukaaan bumi bagian atas menjadi tidak stabil dan selalu bergerak sesuai dengan gerakan yang berada di bawahnya. Keadaan inilah yang melatarbelakangi lahirnya teori Lempeng Tektonik. Lahirnya teori lempeng tektonik (tectonic Plate theory) pada tahun 1968 merupakan kenyataan mutakhir dalam geologi yang menunjukkan terjadinya evolusi bentuk permukaan bumi.
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilso. Berdasarkan teori ini, kulit bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer yang berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi.
Litosfer sebagai lapisan paling luar dari badan bumi, bagaikan kulit ari pada kulit manusia dan merupakan lapisan kerak bumi yang tipis. Prinsip teori tektonik lempeng adalah kulit bumi terdiri atas lempeng-lempeng yang kaku dengan bentuk tidak beraturan. Dinamakan lempeng karena bagian litosfer mempunyai ukuran yang besar di kedua dimensi horizontal (panjang dan lebar), tetapi berukuran kecil pada arah vertikal (ketebalan). Bandingkan dengan daun meja, daun pintu, atau lantai di kelas kalian! Lempeng ini terdiri atas lempeng benua (tebal sekitar 40 km) dan lempeng samudera (tebal sekitar 10 km). Kedua lempeng tersebut berada di atas lapisan astenosfer dengan kecepatan rata-rata 10 cm/tahun atau 100 km/10 juta tahun.
Astenosfer merupakan suatu lapisan yang cair (kental) dan sangat panas. Panasnya cairan astenosfer senantiasa memberikan kekuatan besar dari dalam bumi untuk menggerakkan lempeng-lempeng secara tidak beraturan. Kekuatan ini dinamakan tenaga endogen yang telah menghasilkan berbagai bentuk di permukaan bumi. Di bumi ini litosfer terpecah-pecah menjadi sekitar 12 lempeng.
Teori lempeng tektonik banyak didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari data penelitian geologi, geologi kelautan, kemagnetan purba, kegempaan, pendugaan paleontologi, dan pemboran laut dalam. Lahirnya teori lempeng tektonik sebenarnya merupakan jalinan dari berbagai konsep dan teori lama seperti Teori Apungan Benua, Teori Arus Konveksi, Teori Pemekaran Lantai samudera, dan Teori Sesar Mendatar, sebagaimana telah dijelaskan pada teori-teori di atas.
Berdasarkan kajian para ahli, lempeng tektonik yang tersebar di permukaan bumi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa planet bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Lapisan bagian atas bumi merupakan bagian yang tegar dan kaku berada pada suatu lapisan yang plastik atau cair. Hal ini mengakibatkan lapisan permukaaan bumi bagian atas menjadi tidak stabil dan selalu bergerak sesuai dengan gerakan yang berada di bawahnya. Keadaan inilah yang melatarbelakangi lahirnya teori Lempeng Tektonik. Lahirnya teori lempeng tektonik (tectonic Plate theory) pada tahun 1968 merupakan kenyataan mutakhir dalam geologi yang menunjukkan terjadinya evolusi bentuk permukaan bumi.
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilso. Berdasarkan teori ini, kulit bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer yang berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi.
Litosfer sebagai lapisan paling luar dari badan bumi, bagaikan kulit ari pada kulit manusia dan merupakan lapisan kerak bumi yang tipis. Prinsip teori tektonik lempeng adalah kulit bumi terdiri atas lempeng-lempeng yang kaku dengan bentuk tidak beraturan. Dinamakan lempeng karena bagian litosfer mempunyai ukuran yang besar di kedua dimensi horizontal (panjang dan lebar), tetapi berukuran kecil pada arah vertikal (ketebalan). Bandingkan dengan daun meja, daun pintu, atau lantai di kelas kalian! Lempeng ini terdiri atas lempeng benua (tebal sekitar 40 km) dan lempeng samudera (tebal sekitar 10 km). Kedua lempeng tersebut berada di atas lapisan astenosfer dengan kecepatan rata-rata 10 cm/tahun atau 100 km/10 juta tahun.
Astenosfer merupakan suatu lapisan yang cair (kental) dan sangat panas. Panasnya cairan astenosfer senantiasa memberikan kekuatan besar dari dalam bumi untuk menggerakkan lempeng-lempeng secara tidak beraturan. Kekuatan ini dinamakan tenaga endogen yang telah menghasilkan berbagai bentuk di permukaan bumi. Di bumi ini litosfer terpecah-pecah menjadi sekitar 12 lempeng.
Teori lempeng tektonik banyak didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari data penelitian geologi, geologi kelautan, kemagnetan purba, kegempaan, pendugaan paleontologi, dan pemboran laut dalam. Lahirnya teori lempeng tektonik sebenarnya merupakan jalinan dari berbagai konsep dan teori lama seperti Teori Apungan Benua, Teori Arus Konveksi, Teori Pemekaran Lantai samudera, dan Teori Sesar Mendatar, sebagaimana telah dijelaskan pada teori-teori di atas.
Berdasarkan kajian para ahli, lempeng tektonik yang tersebar di permukaan bumi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.8
Lempeng-lempeng Litosfer
(Sumber:
Modifikasi dari Frank P. dan Raymond S., 1985)
Lempeng-lempeng tersebut selalu
bergerak dan mendesak satu sama lain. Lempeng tektonik bagian atas disebut
lempeng samudera, sedangkan lempeng tektonik pada bagian atas terdapat masa
kontinen disebut lempeng benua. Kedua lempeng ini memiliki sifat yang berbeda.
Apabila dua lempeng yang berbeda sifat tersebut saling mendekat, umumnya
lempeng samudera akan ditekuk ke bawah lempeng benua hingga jauh ke dalam
lapisan astenosfer. Bertemunya antara dua lempeng seperti ini dinamakan gerakan
bertumbukan (subduction), sedangkan daerah yang menjadi tempat tumbukan
lempeng-lempeng disebut subduction zone.
Selain saling mendekat kemudian
bertumbukan, gerakan lempeng juga ada yang saling menjauh dengan lempeng
lainnya, dinamakan gerak divergent atau disebut juga sebagai proses pemekaran.
Hasil pemekaran lempeng yang berada di atas benua disebut rifting, sedangkan
pemekaran yang berada di samudera disebut spreading. Contoh proses ini adalah
pecahnya Benua Pangea pada Zaman Trias dengan membentuk celah sepanjang
pinggiran Atlantik yang memisahkan Afrika dan Amerika Latin. Coba kamu
perhatikan kedua benua tersebut! Pasti nampak seperti sebuah sobekan kertas
yang keduanya menunjukkan ciri-ciri bekas sobekan yang berpasangan. Selain itu,
ada juga gerakan lempeng yang hanya bersinggungan atau berpapasan, disebut juga
transcurrent fault.
Setiap gerakan lempeng yang berbeda
tersebut, akan mempengaruhi gejala dan fenomena alam di atas permukaan bumi.
Secara lengkap, prinsip pergerakan lempeng-lempeng tektonik adalah sebagai
berikut:
a. Konvergensi
Konvergensi, yaitu gerakan saling
bertumbukan antarlempeng tektonik. Tumbukan antarlempeng tektonik dapat berupa
tumbukan antara lempeng benua dengan benua atau antara lempeng benua dengan
lempeng dasar samudera. Zone atau tempat terjadinya tumbukan antara lempeng
tektonik benua dengan benua disebut Zone Konvergen. Contohnya tumbukan antara
lempeng India dengan lempeng Benua Eurasia yang menghasilkan terbentuknya
pegunungan lipatan muda Himalaya yang merupakan pegunungan tertinggi di dunia
dengan puncak tertingginya, yaitu Mount Everest. Contoh lainnya, tumbukan
lempeng Italia dengan Benua Eropa yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan
Alpen.
Zone berupa jalur tumbukan
antarlempeng benua dengan lempeng dasar samudera, disebut Zone Subduksi atau
zone tunjam, contohnya tumbukan antara lempeng benua Amerika dengan lempeng
dasar Samudera Pasifik yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rocky dan
Pegunungan Andes. Fenomana yang dihasilkannya:
1) lempeng samudera menghujam ke
bawah lempeng benua;
2) terbentuk palung laut di tempat
tumbukan tersebut;
3) pembengkakan tepi lempeng benua
yang merupakan deretan pegunungan;
4) terdapat aktivitas vulkanisme,
intrusi dan ekstrusi;
5) daerah hiposentra gempa dangkal
dan dalam;
6) penghancuran lempeng akibat
pergesekan lempeng;
7) timbunan sedimen campuran atau
melange.
Contoh:
Pegunungan di pantai barat Amerika,
deretan Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, merupakan akibat pembengkakan
lempeng benua. Bermunculan puncak gunungapi dan terjadi gempa di sepanjang
pulau dan pegunungan tersebut. Ingatlah bahaya gempa yang menimbulkan Tsunami
di Aceh dan Sumatera Utara pada akhir Desember 2004, gempa tersebut timbul
akibat adanya tumbukan antara lempeng samudera Australia terhadap lempeng benua
Asia.
Gambar 2.9
Daerah tumbukan dua lempeng
(Sumber:
http://www.platetectonics.com/book/images/Subduction2.gif)
b. Divergensi
Divergensi yaitu gerakan saling
menjauh antarlempeng tektonik contohnya gerakan saling menjauh antara lempeng
Afrika dengan Amerika bagian selatan. Zone berupa jalur tempat berpisahnya
lempeng-lempeng tektonik disebut Zone Divergen (zone sebar pisah). Fenomena
yang terjadi, sebagai berikut:
1) Perenggangan lempeng yang
disertai pertumbukan kedua tepinya.
2) Pembentukan tanggul dasar
samudera (med ocean ridge) di sepanjang tempat perenggangan lempeng-lempeng
tersebut.
3) Aktivitas vulkanisme laut dalam
yang menghasilkan lava basa berstruktur bantal (lava bantal) dan hamparan
leleran lava encer, dan
4) Aktivitas gempa.
Contoh:
Di Lautan Atlantik, tanggul dasar
samudera memanjang dari dekat Kutub Utara sampai mendekati Kutub Selatan. Celah
ini menjadikan benua Amerika bergerak saling menjauh dengan benua Eropa dan
Afrika.
Gambar
2.10 Dua lempeng saling menjauh
(http://www.windows.ucar.
edu/earth/images/earths_crust_small.gif)
c. Sesar mendatar
Sesar mendatar (Transform), yaitu
gerakan saling bergesekan (berlawanan arah) antarlempeng tektonik. Contohnya,
gesekan antara lempeng Samudera Pasifik dengan lempeng daratan Amerika Utara
yang mengakibatkan terbentuknya Sesar San Andreas yang membentang sepanjang
kurang lebih 1.200 km dari San Francisco di utara sampai Los Angeles di selatan
Amerika Serikat. Zone berupa jalur tempat bergesekan lempeng-lempeng tektonik
disebut Zone Sesar Mendatar (Zone Transform). Bentukan alam yang dihasilkan
antara lain patahan atau sesar mendatar. Gerak patahan atau sesar ini dapat
menimbulkan gempa bumi. Contoh: Sesar Sam Andreas di California.
Gambar
2.11 Dasar pergeseran horizontal di Samudera Atlantik
(Sumber:
http://www.stvincent.ac.uk/Resources/EarthSci/)
Tenaga endogen yang telah
mengakibatkan adanya variasi bentuk muka bumi, tidak hanya terjadi di daratan
melainkan juga di dasar laut
TEORI LEMPENG TEKTONIK DAN KAITANNYA
DENGAN PERSEBARAN GUNUNG API DAN GEMPA BUMI
Pergerakan
benua dan dasar laut menurut para ahli disebabkan adanya lempeng dalam kerak
bumi. Lempeng-lempeng ini terapung-apung di atas mantel bumi. Arus konveksi
yang kuat di dalam astenosfer menggerakkan lempeng-lempeng ini di permukaan
bumi. Teori inilah yang dinamakan teori lempeng tektonik
Secara garis besar lempeng di dunia dibagi menjadi dua, yaotu lempeng samudera ynag merupakan dasar laut, dan lempeng benua yang merupakan daratan. Lempeng samudera memiliki berat jenis yang lebih berat dibandingkan lempeng benua. Lempeng samudera sering kita disebut dengan lapisan sima dan lempeng benua disebut lapisan sial.
Lempengan yang menyusun bumi terdiri atas lempeng tektonik yang besar dan kecil. Lempeng tektonik yang besar, antara lain:
1. Lempeng Fasifik, meliputi wilayah lautan Fasifik
2. Lempeng Amerika Utara, meliputi wilayah Amerika Utara
3. Lempeng Amerika Selatan, meliputi wilayah Amerika Selatan
4. Lempeng Afrika, meliputi wilayah Afrika, lautan Atlantik bagian timur, dan lautan Hindia bagian barat
5. Lempeng Eurasia, meliputi Eropa, Asia termasuk Indonesia
6. Lempeng Hindia Australia, meliputi wilayah Lautan Hindia, subkontinen India, dan Australia bagian barat.
7. Lempeng Antartika, meliputi benua dan lautan Antartika
Selain lempeng tektonik yang besar, bumi juga tersusun atas lempeng-lempeng taktonik yang berukuran kecil, antara lain:
1. Lempeng Nazca
2. Lempeng Cocos
3. Lempeng Filipina
4. Lempeng Karibia
5. Lempeng Arab
6. Lempeng Juan de fuca
7. Lempeng Rivera
8. Lempeng Gorda
9. Lempeng Scotia
Pergerakan lempeng tektonik ini menyebabkan bentukan-bentukan alam, sehingga membentuk batas yang memiliki tiga sifat yaitu: divergen atau menjauh, konvergen atau saling bertumbukan, dan lateral displacement atau sesar mendatar.
a. Batas Divergen
Batas divergen terjadi ketika lempeng-lempeng bergerak saling menjauh (proses saling menjauhnya dasar samudera). Magma mengalir keluara dari astenosfer dan terbentuklah lapisan batuan (litosfer) baru. Pada kasus ini, tekanan yang berasal dari dalam bumi sangat besar sedangkan kerak bumi sangat tipis sehingga menyebabkan terjadinya batas divergen. Daerah yang banyak memiliki batas divergen adalah Afrika bagian timur dan Laut Merah.
Secara garis besar lempeng di dunia dibagi menjadi dua, yaotu lempeng samudera ynag merupakan dasar laut, dan lempeng benua yang merupakan daratan. Lempeng samudera memiliki berat jenis yang lebih berat dibandingkan lempeng benua. Lempeng samudera sering kita disebut dengan lapisan sima dan lempeng benua disebut lapisan sial.
Lempengan yang menyusun bumi terdiri atas lempeng tektonik yang besar dan kecil. Lempeng tektonik yang besar, antara lain:
1. Lempeng Fasifik, meliputi wilayah lautan Fasifik
2. Lempeng Amerika Utara, meliputi wilayah Amerika Utara
3. Lempeng Amerika Selatan, meliputi wilayah Amerika Selatan
4. Lempeng Afrika, meliputi wilayah Afrika, lautan Atlantik bagian timur, dan lautan Hindia bagian barat
5. Lempeng Eurasia, meliputi Eropa, Asia termasuk Indonesia
6. Lempeng Hindia Australia, meliputi wilayah Lautan Hindia, subkontinen India, dan Australia bagian barat.
7. Lempeng Antartika, meliputi benua dan lautan Antartika
Selain lempeng tektonik yang besar, bumi juga tersusun atas lempeng-lempeng taktonik yang berukuran kecil, antara lain:
1. Lempeng Nazca
2. Lempeng Cocos
3. Lempeng Filipina
4. Lempeng Karibia
5. Lempeng Arab
6. Lempeng Juan de fuca
7. Lempeng Rivera
8. Lempeng Gorda
9. Lempeng Scotia
Pergerakan lempeng tektonik ini menyebabkan bentukan-bentukan alam, sehingga membentuk batas yang memiliki tiga sifat yaitu: divergen atau menjauh, konvergen atau saling bertumbukan, dan lateral displacement atau sesar mendatar.
a. Batas Divergen
Batas divergen terjadi ketika lempeng-lempeng bergerak saling menjauh (proses saling menjauhnya dasar samudera). Magma mengalir keluara dari astenosfer dan terbentuklah lapisan batuan (litosfer) baru. Pada kasus ini, tekanan yang berasal dari dalam bumi sangat besar sedangkan kerak bumi sangat tipis sehingga menyebabkan terjadinya batas divergen. Daerah yang banyak memiliki batas divergen adalah Afrika bagian timur dan Laut Merah.
b. Batas
Konvergen
Batas konvergen terjadi ketika sebuah lempeng terbentuk dan saling menjauh satu sama lain di suatu area, maka ditempat lain akan terjadi komvergensi dan tumbukan antar lempeng. Besarnya kekuatan tumpukan tergantung lapisan batuan lempeng. Masa lempeng benua lebih ringan di bandingkan masa lempeng samudra. Lempeng dengan masa lebih ringan akan mendorong lempeng dengan masa lebih berat kebawah. Proses inilah yang disebut dengan subdaksi dan daerah yang terbentuk subdaksi disebut dengan zona subdaksi.
Zona subdaksi dan batas konvergen ini dapat terjadi jika ada pertemuan dan tumpukan antara lempeng samudra denagn lempeng benua, lempeng samudra dengan lempeng samudra dan lempeng benua dengan lempeng benua.
Batas konvergen terjadi ketika sebuah lempeng terbentuk dan saling menjauh satu sama lain di suatu area, maka ditempat lain akan terjadi komvergensi dan tumbukan antar lempeng. Besarnya kekuatan tumpukan tergantung lapisan batuan lempeng. Masa lempeng benua lebih ringan di bandingkan masa lempeng samudra. Lempeng dengan masa lebih ringan akan mendorong lempeng dengan masa lebih berat kebawah. Proses inilah yang disebut dengan subdaksi dan daerah yang terbentuk subdaksi disebut dengan zona subdaksi.
Zona subdaksi dan batas konvergen ini dapat terjadi jika ada pertemuan dan tumpukan antara lempeng samudra denagn lempeng benua, lempeng samudra dengan lempeng samudra dan lempeng benua dengan lempeng benua.
c. Leteral
displacement atau sesat mendatar/transform/saling bergesekan.
Lateral displacement terjadi ketika dua lempeng bergerak pada garis yang sama, tidak saling menjauh dan bertumpukan, misal satu bergerak ke utara dan satu ke selatan tanpa ada rekahan atau dikenal dengan pergeseran. Kejadian ini tidak menyebabkan penghilangan atau pemunculan kerak bumi, tetapi sepanjang daerah itu akan terbentuk sesar. Gerakan lempeng tektonik menyebabkan gempa bumi dan terbentuknya gunung.
Lateral displacement terjadi ketika dua lempeng bergerak pada garis yang sama, tidak saling menjauh dan bertumpukan, misal satu bergerak ke utara dan satu ke selatan tanpa ada rekahan atau dikenal dengan pergeseran. Kejadian ini tidak menyebabkan penghilangan atau pemunculan kerak bumi, tetapi sepanjang daerah itu akan terbentuk sesar. Gerakan lempeng tektonik menyebabkan gempa bumi dan terbentuknya gunung.
Ada tiga
tipe batas-batas lempeng yang masing-masing dibedakan dari jenis pergerakanya,
yaitu:
1. Divergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling menjauh yang menyebabkan naiknya material dari mantel bumi dan membentuk lantai samudera yang luas.
2. Konvergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling mendekati yang menyebabkan salah satuv dari lempeng tersebut masuk kedalam mantel bumi dan berada dibawah lempeng lainnya
3. Patahan transfrom yaitu lempeng-lempeng bergerak saling bergesekan tampa menyebabkan penghancuran pada litosfer.
1. Divergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling menjauh yang menyebabkan naiknya material dari mantel bumi dan membentuk lantai samudera yang luas.
2. Konvergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling mendekati yang menyebabkan salah satuv dari lempeng tersebut masuk kedalam mantel bumi dan berada dibawah lempeng lainnya
3. Patahan transfrom yaitu lempeng-lempeng bergerak saling bergesekan tampa menyebabkan penghancuran pada litosfer.
" Mau bocoran soal ujian semester.......??? wow gitu lho......."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar