Selamat datang di blog GEOSMANSAKU, terima kasih atas kunjungan anda

mouse pelangi

Wavy Tail

Rabu, 28 Agustus 2013

HAKEKAT GEO Bhn Ajar Klas X Sm 1 Pertemuan 1



HAKEKAT GEOGRAFI
BAHAN AJAR PERTEMUAN: 1

Standar Kompetensi :   
1.    Memahami Konsep, pendekatan, prinsip dan  aspek  geografi

Kompetensi Dasar :
1.1. Menjelaskan konsep geografi

Indikator :
-          Menguraikan konsep geografi
-          Merumuskan ruang lingkup kajian geografi
-          Mengidentifikasi objek studi geografi
Materi :
- Pengertian geografi
- Perkembangan ilmu geografi
- Konsep esensial geografi
- Ruang Lingkup dan Obyek Studi Geografi

Pengertian Geografi.

Ø  Geografi termasuk pengetahuan yang sudah tua. Akan tetapi struktur keilmuannya selalu dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Geografi berasal dari 2 kata :
Ø  Geos/earth = bumi  Graphein/to describ = pencitraan
Ø  Geografi = ilmu yang mencitrakan atau menggambarkan keadaan Bumi.

Pengertian Geografi menurut Pakar:
1.      Eratosthenes
Istilah geografi kali pertama diperkenalkan seorang ahli filsafat dan astronomi terkenal yang bernama Eratosthenes (276–194 SM).  
Menurutnya, geografi berasal dari kata Geographika yang berarti tulisan atau deskripsi tentang Bumi.
2.     Preston e James
“Geografi dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing - masing.
3.      Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial Interaction.
 “Geografi adalah interaksi antar ruang”. 
4.      Maurice Le Lannou (1959). Ia mengemukakan dalam bukunya yang berjudul La Geographie Humaine.
Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
5.      Paul Claval (1976) berpendapat bahwa ‘Geografi selalu ingin menjelaskan gejala-gejala dari segi hubungan keruangan’.
6.      Bintarto (1977), salah satu tokoh geografi Indonesia, mendefinisikan bahwa Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat Bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur Bumi dalam ruang dan waktu
7.      Hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan  fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
Kalau kita perhatikan beberapa definisi/pengertian dan sejarah perkembangan dari geografi tersebut, ternyata pengertian geografi selalu mengalami perkembangan. Namun kalau kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli tersebut tampak ada kesamaan titik pandang.
Kesamaan titik pandang tersebut adalah mengkaji:
1.    bumi sebagai tempat tinggal;
2.    hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi);
3.    dimensi ruang dan dimensi historis; dan
4.    pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional (kewilayahan).

Sejarah Perkembangan Geografi.
Istilah geografi kali pertama diperkenalkan seorang ahli filsafat dan astronomi terkenal yang bernama Eratosthenes (276–194 SM). Menurutnya, geografi berasal dari kata Geographika yang berarti tulisan atau deskripsi tentang Bumi.
ada masa itu, ilmu geografi pada umumnya menceritakan berbagai tempat di permukaan Bumi sebagai hasil penjelajahan ke berbagai penjuru dunia yang dikenal dengan aliran Logografi. Selain memperkenalkan istilah Geographika, Eratosthenes juga merupakan orang pertama yang berhasil menghitung keliling Bumi secara matematis. Hal tersebut dilakukan dengan membandingkan panjang busur dua kota di Mesir, yaitu Alexandria (Iskandariyah) dan Seyne (Aswan) dengan panjang keliling Bumi secara keseluruhan. Adapun dari hasil pengamatannya, Eratosthenes memperkirakan panjang keliling Bumi adalah 252.000 stadia (1 stadia = 157 meter).

Gambar 1.2
Pengukuran Eratosthenes

O = Tugu batu di Alexandria
W = Sumur di Syene
AB = Sinar matahari di Alexandria
SC = Sinar matahari di Syene
U = Sudut pertemuan
Jarak OW ditandai oleh sudut OCS sama dengan 1/50 dari keliling lingkaran.
Sumber: Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi, 2001
Pengukuran yang dilakukan Eratosthenes untuk menunjukkan bahwa Bumi bulat.
Hasil pengukuran Eratosthenes ini pada akhirnya menjadi dasar dalam pembuatan globe pertama yang dikembangkan Crates (150 SM). Bentuk globe pertama buatan Crates tentunya masih sangat sederhana. Pengertian geografi ini terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan kemajuan pemikiran, pemahaman, dan penelaahan manusia. Seorang ahli astronomi dan matematika bernama Claudius Ptolemaeus (87–150 M) dalam bukunya yang berjudul Geograpike Unphegesis mengemukakan bahwa geografi merupakan suatu penyajian melalui peta dari sebagian wilayah permukaan Bumi yang menunjukkan ketampakan secara umum.
Menurut Ptolemaeus geografi berbeda dengan Chorografi, karena chorografi lebih mengutamakan ketampakan asli dari suatu wilayah bukan terletak pada ukurannya (bersifat kualitatif), sedangkan geografi lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Sumbangan Ptolemaeus yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu geografi yaitu dalam bidang pemetaan (kartografi). Selain itu Ptoleumaeus dianggap sebagai peletak dasar ilmu  geografi
Gambar 1.3
Peta Dunia Ptolemaeus
Peta dunia yang dicetak pada 1482 merupakan bagian dari buku kartografi yang ditulis oleh Ptolemaeus
Tokoh lain yang sangat dalam pengembangan kajian ilmu geografi adalah Bernhardus Varenius (1622–1650). Dalam bukunya yang berjudul Geographia Generalis, Varenius mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya bidang kajian geografi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Geografi Umum
1)      Bagian terestrial, yaitu pengetahuan tentang Bumi sebagai keseluruhan bentuk dan ukurannya.
2)      Bagian falakiah, yaitu bagian yang menelaah relasi Bumi dengan planet serta bintang-bintang di jagat raya.
3)      Bidang komparatif, yaitu deskripsi mengenai Bumi secara lengkap. Dalam hal ini meliputi letak relatif dari berbagai tempat di permukaan Bumi serta prinsip-prinsip pelayaran samudra.
b. Geografi Khusus
1)      Aspek langit, yaitu aspek yang secara khusus mempelajari keadaan iklim.
2)      Aspek permukaan Bumi, (litosfer) yaitu aspek yang mempelajari mengenai relief atau bentuk muka bumi, flora serta fauna di berbagai wilayah di permukaan Bumi.
3)      Aspek manusia, yaitu aspek yang mempelajari aspek penduduk, perdagangan, dan pemerintahan di berbagai wilayah.

Geografi khusus ini kemudian berkembang menjadi geografi regional yang membahas berbagai wilayah di permukaan Bumi. Perkembangan ilmu geografi juga dipengaruhi oleh adanya pemikiran yang beraliran fisis determinis. Kelompok ini berpendapat bahwa keadaan alam suatu wilayah sangat menentukan sifat, karakter, dan pola hidup penduduk yang menempati daerah tersebut.
Beberapa ahli geografi yang beraliran fisis determinis antara lain Karl Ritter, Friederich Ratzel, dan Elsworth Huntington. Faham determinis banyak dipengaruhi oleh pemikiran Darwin dengan teori evolusi biologi dalam perkembangan makhluk hidup. Sebagai contoh, Ratzel (Jerman) menganggap negara sebagai organisasi hidup (makhluk hidup) yang dalam perkembangannya memerlukan makanan, minuman, dan ruang bagi kehidupan. Untuk memenuhi kebutuhan, suatu negara pada umumnya akan mencari dan menguasai wilayah-wilayah lain di sekitarnya, terutama wilayah yang lemah.
Huntington (USA) berpendapat bahwa kondisi iklim suatu wilayah sangat menentukan tingkat kemajuan sosial budaya penduduknya. Faham fisis determinis ini banyak ditentang oleh kelompok yang beraliran Posibilisme. Menurut kelompok posibilisme, yang sangat menentukan kemajuan suatu wilayah adalah tingkat kemampuan penduduk, sedangkan alam hanya memberikan kemungkinankemungkinan untuk diolah dan dimanfaatkan bagi kehidupan
manusia. Tokoh utama aliran ini adalah Paul Vidal de La Blache (Prancis).
Karl Ritter (1779-1859)
Seorang tokoh geografi Jerman. Pendiri dan pengembang geografi manusia modern dari penelitiannya.
Dia menulis buku Die Erdk unde im Verhaltnis zur Natur und zur Geschicte.
He is German geographer. A founder of modern human geography from high beam research. He wrote a book Die Erdk unde im Verhaltnis zur Natur und zur Geschicte.
Sumber: Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi, 2000.
Konsep artis zaman pertengahan dari Claudius Ptolemaeus.
berasal dari Mesir selatan. Astronom, ahli ilmu bumi, dan pakar fisika Arab selanjutnya merujuk padanya menggunakan nama Arabnya Batlamyus
Konsep esensial geografi.

Konsep adalah pengertian dari sekelompok fenomena/gejala-gejala, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai gejala/fenomena yang sama.
Nursid Sumaatmaja (1981) mengatakan konsep merupakan pola abstrak yang dapat diguna kan untuk mengungkapkan beragai factor, gejala dan masalah.
Konsep geografi memiliki jumlah yang sangat banyak. Akan tetapi pada dasarnya konsep geografi terbagi kedalam dua bagian yaitu :
1. Konsep geografi secara Denotatif
Yaitu dapat menjelaskan berbagai pengertian gejala geografi berdasarkan definisi atau kamus. Contoh : Erosi merupakan proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alami dari suatu tempat ke tempat lain oleh suatu zat pengangkut yang bergerak diatas permukaan bumi.
2. Konsep geografi secara Konotatif
Yaitu konsep ini memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan arti secara harfiah. Didalamnya menyangkut semua aspek yang berhubungan dengan konsep yang dibahas al : persebarannya, factor pendorongnya, jenisnya dan proses pembentukannya.
Konsep Geografi bermanfaat untuk membimbing kita dalam berfikir dari sudut pandang Geografi.
Berikut pendapat para ahli tentang konsep Geografi :
1. Menurut IGI
Ada 10 konsep esensial (dasar) geografi menurut IGI, yaitu:
1. Konsep lokasi
Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geografi. Konsep letak juga merupakan jawaban atas pertanyaan pertama dalam geografi, yaitu dimana?
Secara pokok dapat dibedakan antara pengertian lokasi absolut dan lokasi relatif.
1.1. Lokasi Absolut
Lokasi absolut menunjukan letak yang tetap terhadap sistem grid (kisi-kisi) atau koordinat. Untuk menentukan lokasi absolut dimuka bumi digunakan sistem koordinat garis lintang dan garis bujur yang biasa disebut letak astronomis. Letak absolut bersifat tetap, tidak berubah meskipun kondisi tempatyang bersangkutan terhadap sekitarnya mungkin berubah.
Contoh :
Suatu titik atau tempat di bumi yang berlokasi pada 123º 35' 0" BT dan 10º 12' 0" LS. ada di kota Kupang,NTT. Tidak ada tempat lain dimuka bumi yang menunjukan lokasi yang sama dengan tempat itu. Lokasi absolut itu tidak berubah selagi sistem koordinat yang dipakai masih tetap berpangkal pada garis ekuator dan meridian Greenwich. Jadi, kondisi tempat itu yang masih berupa padang ilalang, walaupun nantinya akan berubah menjadi permukiman yang penting tidak dipersoalkan.

1.2. Lokasi Relatif
Lokasi relatif lebih penting artinya dan lebih banyak dikaji dalam geografi, lazim disebut letak geografis, artinya lokasi ini berubah-ubah berkaitan dengan keadaan sekitarnya.
Contoh :
Tempat yang mempunyai letak astronomis 123º 35' 0" BT dan 10º 12' 0" LS, dahulu berupa padang ilalang yang tandus, tepatnya di kel Tenau kec Alak, Kota Kupang, NTT. Pada saat itu, tempat tersebut kemungkinan tidak memiliki arti penting bagi kehidupan. Namun pada saat ini daerah itu telah didirikan Pabrik Semen Kupang dan juga Perumnas, sekarang tempat itu mempunyai arti yang amat penting.
Lokasi yang berkaitan dengan keadaan disekitarnya dapat memberi arti yang sangat menguntungkan atau merugikan. Lokasi di dekat atau di tepi jalan raya dapat menjadikan harga tanah sangat mahal. Namun sekaligus juga menjadi kurang disenangi bagi keperluan tempat tinggal golongan orang tertentu karena bising dan juga polusi asap kendaraan bermotor. Lokasi sekitar pabrik-pabrik yang mengeluarkan suara bising dan bahan polusi tidak menguntungkan sebagai tempat tinggal. Namun, untuk pertimbangan ekonomi (dekat dengan tempat bekerja) mungkin kawasan itu menjadikan juga pilihan tempat pemukiman bagi para pekerja pabrik yang penghasilannya rendah.
2. Konsep Jarak.
Jarak sebagai konsep geografi mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, ataupun kepentingan pertahanan. Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami, meskipun arti pentingnya bersifat relatif sejalan dengan kemajuan kehidupan dan teknologi.
Jarak berkaitan erat dengan lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan, seperti air, tanah yang subur, dan pusat pelayanan. Jarak dapat dinyatakan dengan ukuran jarak lurus di udara yang mudah diukur pada peta (dengan memperhatikan skala peta) . Namun dapat pula dinyatakan dengan jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun dengan satuan biaya angkutan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi serta upaya efisiensi, jarak tempuh dan biaya angkutan antara dua tempat yang berjauhan akan berubah dari waktu kewaktu. Jarak yang semula ditempuh berhari-hari dengan berjalan kaki, kemudian dapat ditempuh hanya beberapa jam dengan kendaraan bermotor atau kereta api, dan selanjutnya dapat ditempuh lebih cepat lagi hanya beberapa menit dengan menggunakan pesawat terbang.
Jarak sebagai pemisah antara dua tempat juga berubah sejalan kemajuan sarana angkutan dan komunikasi. Itulah sebabnya, orang bisa mengatakan bahwa”dunia menjadi makin kecil” dan “jarak menjadi dekat”.
Dengan teknologi komunikasi mutakhir, orang dapat berbicara dengan orang lain atau melihat peristiwa yang terjadi di benua lain dalam waktu yang sesaat, yaitu melalui telepon sambungan internasional atau melalui siaran televisi yang dipancarkan satelit. Sebaliknya, bagi banyak orang , khususnya bagi yang masih belum mampu menjangkau atau menggunakan sarana komunikasi atau sarana angkutan modern yang biayanya lebih mahal, jarak tetap merupakan faktor penghambat atau pemisah.
Dalam kaitannya dengan perekonomian, jarak tetap merupakan faktor pembatas sehingga orang mengembangkan rumusan teori atau model-model yang bertalian dengan jarak angkut, nilai sewa tanah, dan zonifikasi tata lahan. Jarak berpengaruh pada harga barang dan juga nilai sewa dan harga tanah.
Contoh :
Jarak pada peta melalui garis lengkung atau berkelok-kelok dapat diukur dengan alat yang disebut kurvimeter. Alat tersebut menunjukan jarak pada peta dengan skala-skala tertentu.
3. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkaitan denga jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan dan komunikasi yang dapat dipakai.
Suatu tempat dapat dikatakan terasing atau terisolasi kalau tempat itu sukar dijangkau (dengan sarana komunikasi atau angkutan) dari tempat lain, meskipun tempat itu relatif tidak jauh dari tempat lain. Rintangan medan yang berupa rangkaian pegunungan tinggi, hutan lebat, rawa-rawa, atau gurun pasir yang luas merupakan penyebab suatu tempat kurang dapat dijangkau dari tempat lain.
Faktor sosial yang berupa bahasa, adat istiadat, serta sikap penduduk yang berlainan (mencurigai setiap orang asing sebagai musuh) dapat menjadi faktor penyebab kurang terjangkaunya suatu tempat.
Keterjangkauan umumnya juga berubah akibat perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi. Sebaliknya, tempat-tempat yang keterjangkauannya sangat rendah sulit mencapai kemajuan dan mengembangkan perekonomiannya.
Contoh :
Penduduk pulau Jawa lebih padat dan lebih maju dibandingkan dengan kawasan di Kalimantan yang dikelilingi rawa sangat luas dan hutan lebat. Kepadatan penduduk Papua paling rendah dibandingkan dengan kawasan lainnya karena reliefnya kasar dan banyak suku yang hidup secara terisolasi. Adakalanya dalam jarak belasan atau beberapa kilometer sudah didapatkan penduduk dengan bahasa yang sangat berlainan.
Konsep keterjangkauan juga berlaku bagi individu. Bagi individu yang mudah melakukan kontak atau berkomunikasi (bergaul) dengan orang lain lazimnya akan lebih mudah maju dan menyesuaikan diri. Sebaliknya,bagi individu yang tertutup cenderung mengalami keterbela kangan.
4. Konsep Pola
Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, atau persebaran fenomena yang bersifat alami (aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan) maupun fenomena sosial budaya (permukiman, persebaran penduduk, mata pencaharian, dan jenis rumah tinggal).
Geografi mempelajari pola-pola bentuk dan persebaran, memahami makna atau artinya, serta berupaya untuk memanfaatkan dan mengintervensi atau memodifikasi pola-pola agar men dapatkan manfaat yang lebih besar.
Contoh :
Orang akan berladang atau menggembalakan ternak di daerah yang memiliki curah hujan ecil atau bersawah di daerah datar dan cukup air. Di kawasan yang sudah maju, orang membuat terusan-terusan untuk lebih memanfaatkan sungai-sungai yang ada sebagai sarana angkutan air. Aliran sungai, tanah yang kurang subur, dan tanah datar yang terbatas menyebabkan pola-pola permukiman yang memanjang (sepanjang tepi sungai), menggemrombol, meyebar, dan berpencar tidak merata.
Daerah perkotaan yang dibangun secara terencana, orang membuat daerah permukiman sedemikian rupa untuk memudahkannya mencapai pasar atau tempat berbelanja, kantor, dan sekolah, serta mewujudkan kehidupan yang nyaman dan akrab. Sebaliknya dengan keterbatasan, segolongan orang bertempat tinggal pada rumah yang saling berimpitan tanpa disertai fasilitas pelayanan umum yang memadai.
5. Konsep Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara geologi) yang lazim disertai erosi dan sedimentasi sehingga ada yang berbentuk pulau-pulau, daratan luas yang berpegunungan dengan lereng-lereng tererosi, lembah-lembah, dan daratan aluvialnya. Morfologi juga menyangkut bentuk lahan yang ber kaitan dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air, serta jenis vegetasi yang dominan.
Bentuk daratan ataupun plato (dengan kemiringan tidak lebih dari 5 derajat) merupakan perwujudan wilayah yang mudah digunakan sebagai daerah permukiman dan usaha pertanian serta usaha-usaha pereokonomian lainnya. Jika diperhatikan peta persebaran penduduk di Asia, ternyata penduduk yang padat terpusat terutama dilembah-lembah sungai besar dan tanah-tanah datar yang subur. Sebaliknya, wilayah pegunungan tinggi dengan lereng-lereng terjal yang mempunyai keterjangkauan sangat terbatas, lazimnya merupakan wilayah yang jarang penduduknya, bahkan tidak didiami manusia. Bentuk pulau dengan garis-garis pantai yang panjang memberi arti khusus mengingat nilai maritimitas yang tinggi.
6. Konsep Aglomerasi (menggerombol)
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit paling menguntungkan, baik mengingat kesejenisan maupun faktor-faktor umum yang menguntungkan.
Di kota, penduduk cenderung tinggal mengelompok pada tingkat yang sejenis sehingga timbul daerah permukiman elit, daerah tempat tinggal para pedagang, daerah pemukiman atau kompleks perumnas yang kebanyakan berpenghuni para pegawai negeri, serta daerah permukiman kumuh.
Di pedesaan yang masih agraris, penduduk cenderung menggerombol ditanah datar yang subur dan membentuk pedukuhan atau pedesaan. Makin subur tanah dan luas daratan, makin besar desa dan jumlah penduduknya. Sebaliknya, makin terbatas tanah datar dan kurang subur, gerombolan bentuk desa makin kecil dan makin terpencar.
Salah satu keuntungan dari aglomerasi penduduk yang padat adalah dimungkinkan sistem ekonomi aglomerasi. Sistem ini dimaksudkan memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai daerah pemasaran atau pelayanan. Namun hanya meliputi wilayah yang sempit.
7. Konsep Kegunaan
Nilai Kegunaan fenomena atau sumber-sumber dimuka bumi bersifat relatif, tidak sama bagi setiap orang atau golongan penduduk. Daerah pantai berpasir yang landai dengan perairan jernih belum tentu memiliki kegunaan yang besar bagi penduduk setempat. Apalagi jika kehidupan penduduk tersebut berorientasi pada pemanfaatan sumber-sumber didaratan dan banyak jalan darat dapat ditempuh. Sebaliknya, bagi masyarakat kota yang hidup berkecukupan, daerah pantai bagi sebagian orangmemiliki nilai kegunaan yang tinggi, yaitu sebagai tempat rekreasi dan pariwisata.
Demikian pula, daerah dataran banjir bagi orang-orang yang lebih maju merupakan daerah rawan dan kurang berguna sebagai tempat tinggal. Sebaliknya bagi masyarakat tertentu yang turun temurun telah tinggal didaerah itu merupakan pilihan tempat tinggal yang cukup menyenangkan, walaupun harus disertai dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi kerawanan banjir dan memanfaatkan daerah itu.
8. Konsep Interaksi dan Interdependensi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi obyek atau tempat yang satu dengan yang lainnya. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa yang ada ditempat lain. Oleh karena itu, senantiasa terjadi interaksi atau bahkan interdependensi antara yang satu dan yang lain.
Daerah pedesaan menghasilkan pangan dan produk-produk yang dibutuhkan oleh penduduk perkotaan. Sebaliknya, daerah perkotaan menghasilkan barang industri, jasa, dan informasi yang juga diperlukan oleh kawasan pedesaan. Akibatnya, terjadilah interaksi berupa pengangkutan barang produk pertanian dari desa ke kota. Sebaliknya, kota menyediakan transportasi, mengirimkan produk industri atau bahan olahan ke pedesaan, dan juga berbagai informasi serta jasa kredit bank. Interaksi juga terjadi antara kota yang satu dan kota yang lain, baik dalam bentuk pertukaran barang dan jasa maupun pertukaran penduduk.
Interaksi keruangan juga terjadi antara unsur atau fenomena setempat, baik antar fenomena alam maupun kehidupan. Interaksi antara endapan pasir yang diangkut air sungai dengan hempasan gelombang (ombak) oleh dorongan angin dari tengah laut menghasilkan garis batas antara air dan daratan dengan pasir didasarnya senantiasa bergerak berubah-ubah bentuk atau posisinya.
Dalam bertani, orang mempeloleh bahan makanan dari lahan yang ditanami dan sekaligus juga mengurangi kesuburan tanah. Oleh karena itu, petani mengatasinya dengan mengembalikan kesuburan melalui pemupukan. Dalam bertani seperti contoh tersebut menunjukan terjadi interaksi antara petani dan lahan. Bahkan, hubungan petani dan lahan tersebut sudah meningkat menjadi saling ketergantungan (interdependensi). Petani memerlukan lahan tersebut untuk memeperoleh bahan makanan, sedangkan lahan tersebut memerlukan dukungan petani untuk memberi pupuk agar tetap subur.
9. Konsep Deferensial Areal
Di setiap tempat atau wilayah, terwujud hasil integrasi berbagai unsur atau fenomena lingkung an baik bersifat alam maupun kehidupan. Integrasi fenomena menjadikan suatu tempat atau wilayah mempunyai corak tersendiri sebagi region yang berbeda dari tempat atau wilayah yang lain.
Unsur atau tempat fenomena lingkungan bersifat dinamis. Sementara itu, keadaan berubah dan interaksi atau integrasi juga menghasilkan karakteristik yang berubah dari waktu ke waktu.
Wilayah pedesaan dengan corak khas berupa persawahan, kehidupan petani yang masih tradisional, serta beraneka ragam pekarangan memiliki perbedaan dengan areal perkotaan. Namun keduanya sama-sama mengalami perubahan. Bahkan dipedesaan juga terdapat perbedaan antara desa yang satu dengan yang lain karena fenomena atau unsur-unsur yang mewujudkannya tidak sama betul.
Fenomena yang berbeda  dari satu tempat dengan tempat yang lain itu menyangkut jarak yang dekat, sedang atau jauh dari jalan, perumahan yang padat sedang, atau jarang , harga tanah (rumah) yang murah, sedang atau mahal, pendapatan penduduk yang tinggi, sedang atau rendah. Selama itu, fenomena-fenomena atau unsur-unsur lingkungan alam tentu juga tidak sama betul.
Diferensiasi areal, antara lain juga mendorong interaksi antar tempat atau antar desa dalam bentuk mobilisasi penduduk dan pertukaran barang atau jasa-jasa seperti buruh tani dan penyewa alat pertanian.
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan menunjukan derajat keterkaitan persebaran suatau fenomena dengan fenomena yang lain disuatu tempat atau ruangan, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuh-tumbuhan  maupun sosial.
Kemiringan lereng dengan tebal tanah, seperti makin terjal lereng akan disertai dengan feno mena makin tipis tanah karena dilereng yang terjal erosi terjadi makin intensif. Zona lereng tertentu dengan ketebalan tanah tertentu mewujudkan suatu region tersendiri, walau dengan skala  mikro dan unsur-unsur yang terbatas jumlah atau jasanya (lereng, tanah, kandungan air, dan jenis vegetasi).
Alang-alang (rumput liar) ditempat terbuka yang mendapat sinar dan tidak ditanami tumbuhan. Sebaliknya, lumut akan tumbuh dipohon-pohonan atau tempat yang teduh dan lembab.
Daerah gurun merupakan perwujudan kovariasi fenomena antara kekeringan (keadaan iklim), kelangkaan vegetasi jenis tertentu, kehidupan fauna khas daerah gurun, dan pelapukan batuan lepas yang lebih dominan dari pada adanya tanah.
2. Konsep Geografi Menurut Henry J Warman
Henry J Warman mengemukakan 15 konsep geografi yang dapat dipergunakan sebagai landasan untuk mengungkapkan gejala-gejala yang terdapat dipermukaan bumi. Dengan demikian dapat dipahami adanya hubungan sebab-akibat, hubungan fungsi, proses terjadinya gejala, dan masalah-masalah geografi yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep tersebut adalah :
1)      Konsep Regional (Regional concept)
2)      Konsep ruang kehidupan (Life Layer concept)
3)      Konsep manusia sebagai makhluk yang paling dominan (man ecological dominant      concept).
4)      Konsep Global (Globalism concept).
5)      Konsep interaksi keruangan (spatial interaction concept)
6)      Konsep hubungan antar tempat (areal relationship concept)
7)      Konsep tempat yang sama (areal likenesses concept)
8)      Konsep perbedaan tempat (areal differences concept0
9)      Konsep keunikan tempat (areal uniquenesses concept).
10)  Konsep persebaran lokasi (areal distribution concept)
11)  Konsep lokasi relatif (relative location concept)
12)  Konsep perbandingan keuntungan (comparative advantage concept)
13)  Konsep perubahan yang terus menerus (perpetual transformation concept)
14)  Konsep penetapan sumber budaya (culturally defined resources concept)
15)  Konsep bumi bulat pada bidang datar (round earth on flat paper concept).
Berikut ini contoh pengembangan konsep geografi dalam uraian yang lebih lengkap, dengan mengambil salah satu konsep yaitu aglomerasi pemukiman. Pola persebaran pemukiman berbeda-beda, hal ini disebabkan keadaan wilayah yang berbeda-beda pula. Persebaran pemukiman itu antara lain disebabkan oleh adanya sungai atau jalan raya, pusat kegiatan ekonomi, adanya daerah tambang, pola penggunaan tanah, alasan keamanan dan sebagainya.
Pola persebaran pemukiman dapat ditinjau dari dua aspek yaitu kejarangannya dan bentuk nya. Kejarangannya terdiri dari menggerombol (clustered), menyebar tak teratur (random) dan teratur (regulair).
 
                                               Clustered            Random                 Regulair
Dilihat dari bentuknya dapat mempunyai pola linier (garis) dan konsentris (memusat).
Contoh pemukiman yang mempunyai pola linier adalah pemukiman yang ada di tepi jalan raya dan Sungai-sungai besar.
Contoh pemukiman yang mempunyai pola konsentris adalah pemukiman di tengan sawah.






Ruang Lingkup dan Obyek Studi Geografi

Ruang Lingkup
Rhoad Murphey dalam bukunya The Scope of Geography merumuskan tiga pokok ruang lingkup studi geografi, yaitu sbb :
  1. Persebaran dan keterbatasan penduduk dimuka bumi dengan sejumlah aspek-aspek keruangan serta bagaimana manusia memanfaatkannya.
  2. Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu satu bagian dari keanekaragaman wilayah.
  3. Kajian terhadap Region atau wilayah.  Kajian terhadap region ini merupakan telaahan yang paling komprehensip dan terpadu antara unsur-unsur wilayah. Oleh karena itu para ahli geografi sepakat bahwa kajian region merupakan obyek formal geografi.

IGI memilah Ruang Lingkup atas 3 bagian,yaitu dilihat dari aspeknya, konteksnya, dan tekniknya.
Dilihat dari segi aspeknya, Geografi terdiri atas empat obyek kajian yaitu : atmosfer, Litosfer, hidrosfer dan biosfer. Aspek atmosfer terdiri atas cuaca dan iklim, Aspek litosfer terdiri atas toposfer dan Pedosfer, Aspek hidrosfer terdiri atas air didaratan dan air dilautan. Aspek biosfer terdiri atas fauna, flora dan antroposfer.
Dilihat dari segi konteksnya, geografi mempelajari konteks keruangan, konteks kelingkungan dan konteks kewilayahan.
Dilihat dari segi tekniknya, Geografi memiliki tahapan kegiatan ; identifikasi, inventarisasi, analisis, sintesis, klasifikasi, dan evaluasi.
Kegiatan teknik Geografi didukung oleh kegiatan pemetaan, Penginderaan jauh, dan Sistem Informasi Geografis.

Objek Study Geografi .
Beberapa ahli telah banyak mengemukakan objek kajian dari disiplin ilmu geografi, akan tetapi semuanya memiliki perbedaan. Jika diurutkan kembali, akan terlihat bahwa objek geografi terdiri atas dua aspek, yaitu material dan formal.

a. Objek Material
Objek material geografi adalah Geosfer yang terdiri atas Litosfer (lapisan kulit bumi), Atmosfer (lapisan udara), Hidrosfer (lapisan air), Biosfer (lapisan hewan dan tumbuhan), dan Antroposfer (lapisan manusia). Lapisan-lapisan tersebut sebenarnya dikaji pula oleh bidang ilmu lain. Contohnya kajian litosfer oleh Geologi, atmosfer oleh Klimatologi, Geofisika dan Meteorologi, hidrosfer oleh Hidrologi, biosfer oleh Biologi, dan antroposfer oleh disiplin ilmu, seperti Sosiologi, Antropologi, Politik, Ekonomi, dan disiplin ilmu-ilmu yang lainnya.
Di manakah letak geografi? Geografi mempelajari ilmu kebumian dan kehidupan manusia secara terintegrasi. Geografi juga mempelajari hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik antara faktor fisikal dan manusia secara menyeluruh? Oleh karena itu, ilmu geografi berada pada dua pijakan antara ilmu alam dan ilmu sosial.
Adapun yang menjadi ciri-ciri geografi adalah sebagai berikut.
1)      Geografi melihat permukaan bumi sebagai lingkungan hidup manusia dan lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
2)      Geografi melihat penyebaran manusia dalam ruang dan bagaimana ruang dengan segala sumber dayanya.
3)      Geografi melihat ciri khas suatu daerah sehingga persamaan dan perbedaan dari wilayah di permukaan bumi dapat terlihat dengan jelas.
4)      Dalam mempelajari suatu fenomena atau gejala, geografi selalu mengaitkannya dengan unsur letak, jarak, penyebaran, interelasi, gerakan, dan regionalisasi dari suatu wilayah.

Sebagai contohnya dalam mengkaji masalah banjir. Geografi tidak hanya melihat luas genangan, kedalaman, dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, tetapi dikaji juga bagaimana latar belakang timbulnya fenomena banjir tersebut. Bagaimana penggunaan lahan di daerah hulu, penggarapan lahan, kemiringan lereng, intensitas hujan, dan faktor sosial budaya penduduk setempat di daerah hulu sungai? Kajian jumlah dan kepadatan penduduk, pemilikan lahan, cara penggarapan lahan, tingkat pendidikan, pendapatan, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya dalam memanfaatkan potensi lingkungan. Kemudian, diamati juga bagaimana peranan daerah hilir sebagai daerah limpasan air, seperti lebar kedalaman sungai, penggunaan lahan, dan faktor sosial, budaya, serta ekonomi penduduk setempat di sekitar sungai.

b. Objek Formal
Objek formal geografi adalah cara pandang dan berpikir terhadap gejala yang ada di permukaan bumi. Gejala tersebut baik berupa keadaan fisik maupun keadaan sosialnya. Cara pandang geografi terhadap objek formal dapat dilihat dari organisasi keruangan (spatial setting) yang meliputi:
1)      pola persebaran gejala tertentu di permukaan bumi (spatial pattern);
2)      keterkaitan atau hubungan yang terjadi antargejala atau fenomena tersebut (spatial system); dan
3)      perkembangan atau perubahan yang terjadi pada gejala tersebut (spatial process).
Dari pandangan objek formal, maka akan muncul beberapa pertanyaan yang dikenal dengan 5 WH + 1H. Pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mengetahui gejala-gejala yang terdapat di permukaan bumi sehingga hasil uraiannya jelas sebagai cara pandang geografi. Pertanyaanpertanyaan tersebut yaitu sebagai berikut.
1) What
Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui apa yang terjadi.
2) Where
Pertanyaan mengenai lokasi, persebaran fenomena atau gejala di permukaan bumi dengan tujuan untuk mengetahui di mana fenomena atau gejala tersebut terjadi.
3) When
Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui kapan peristiwa tersebut terjadi.
4) Why
Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi.
5) Who
Pertanyaan ini untuk mencari pelaku dari terjadinya suatu peristiwa di alam, agar orang mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut atau individu yang terlibat di dalamnya.
6) How
Pertanyaan ini untuk mencari jawaban dari bagaimana peristiwa tersebut seharusnya dapat diselesaikan dengan baik. Contoh penerapan aplikasi penggunaan 5WH + 1H dalam mengkaji
bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu sebagai berikut.
1) (What) Apa yang terjadi?
Bencana alam tsunami.
2) (Where) Di mana terjadi bencana tersebut?
Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Provinsi Sumatra Utara bagian barat.
3) (When) Kapan terjadi bencana tsunami tersebut?
Pada Minggu pagi, sekitar pukul 08.40 WIB, 26 Desember 2004.
4) (Why) Mengapa terjadi bencana tersebut?
Bencana tersebut terjadi karena pergerakan (dislokasi dan deformasi) lempeng tektonik Samudra Hindia-Australia yang bergesekan dengan lempeng tektonik Benua Eurasia (bagian Sumatra). Terjadi gempa bumi berkekuatan 9,2 skala richter di dasar laut Samudra Hindia. Akibatnya, air laut yang berada di atasnya terpengaruh dan menjadi gelombang besar (tsunami). Gelombang menyapu kota serta desa-desa yang berada di sepanjang pantai barat Aceh dan sekitarnya.
5) (Who) Siapa yang menyebabkannya?
Tenaga yang berasal dari dalam bumi (tenaga endogen) dan luar bumi (tenaga eksogen) yang mengakibatkan terjadinya gempa bumi berupa gelombang tsunami.
6) (How) Bagaimana cara menanggulanginya?
Daerah sepanjang pantai barat Pulau Sumatra merupakan daerah yang berpotensi sering terjadi gempa bumi dan tsunami. Oleh karena itu, cara penanggulangan bencana tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Pembuatan undang-undang untuk tidak mendirikan bangunan permanen apalagi berbentuk kota besar di sepanjang daerah jalur gempa dan tsunami yang tertuang dalam undang-undang perencanaan wilayah.
b) Memberikan penyuluhan (public education) kepada penduduk tentang kondisi geologis daerah yang berpotensi akan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Sehingga setiap individu selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa bumi yang disertai gelombang tsunami.
c) Pengembangan sistem pemantauan terhadap gempa bumi dan tsunami.
d) Pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan gempa bumi dan tsunami.



Bencana tsunami yang melanda wilayah Nanggroe Aceh Darussalam dapat dianalisis dengan menggunakan 5WH + 1H.
Tema yang paling mendasar dari objek formal geografi adalah region yaitu kesatuan daerah yang menunjukkan karakteristik tertentu atau ciri khas yang dapat dibedakan dengan daerah lainnya. Karakteristik atau ciri khas suatu tempat dapat berupa karakteristik aspek fisik, manusia, atau gabungan dari keduanya. Terdapat banyak cara untuk menentukan region bergantung pada kriteria apa yang akan dipergunakan (fisik, sosial, aktivitas ekonomi, budaya, politik, bahasa, agama, etnik, dan kriteria-kriteria lainnya). Ruang lingkup atau cakupan region pun sangat bervariasi, seperti desa, kota, kabupaten, provinsi, negara, atau himpunan-himpunan internasional, contohnya region Asia Tenggara.
Regionalisasi pada dasarnya adalah pengumpulan, pengklasifikasian atau pengelompokan wilayah ke dalam wilayah yang sejenis. Dari pengelompokan tersebut pada akhirnya akan tampak daerah yang menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan. Objek formal studi geografi adalah cara pandang keruangan yang dituangkan dalam konsep-konsep geografi. Konsep geografi sangat beragam, salah satunya meliputi lokasi, jarak, tempat, hubungan timbal balik, gerakan dan perwilayahan.


Sumber : Buku Sekolah Elektronik, kemdikbud