HAKEKAT GEOGRAFI
BAHAN AJAR PERTEMUAN: 1
Standar Kompetensi :
1. Memahami Konsep, pendekatan, prinsip dan aspek geografi
Kompetensi Dasar :
1.1. Menjelaskan konsep geografi
Indikator
:
-
Menguraikan
konsep geografi
-
Merumuskan
ruang lingkup kajian geografi
-
Mengidentifikasi
objek studi geografi
Materi :
-
Pengertian geografi
-
Perkembangan ilmu geografi
-
Konsep esensial geografi
-
Ruang Lingkup dan Obyek Studi Geografi
Pengertian Geografi.
Ø Geografi termasuk pengetahuan yang sudah tua. Akan tetapi struktur keilmuannya
selalu dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Geografi berasal dari 2 kata :
Ø Geos/earth = bumi
Graphein/to describ = pencitraan
Ø Geografi = ilmu yang mencitrakan atau menggambarkan keadaan Bumi.
Pengertian
Geografi menurut Pakar:
1.
Eratosthenes
Istilah geografi kali pertama diperkenalkan seorang ahli filsafat
dan astronomi terkenal yang bernama Eratosthenes (276–194 SM).
Menurutnya, geografi berasal dari kata Geographika yang
berarti tulisan atau deskripsi tentang Bumi.
2.
Preston
e James
“Geografi dapat diungkapkan sebagai induk dari segala ilmu
pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan selalu mulai dari keadaan
muka bumi untuk beralih pada studinya masing - masing.
3.
Ullman (1954), dalam
bukunya yang berjudul Geography a Spatial Interaction.
“Geografi
adalah interaksi antar ruang”.
4.
Maurice Le Lannou (1959).
Ia mengemukakan dalam bukunya yang berjudul La Geographie Humaine.
Objek study geografi adalah kelompok
manusia dan organisasinya di muka bumi.
5.
Paul Claval (1976)
berpendapat bahwa ‘Geografi selalu ingin menjelaskan gejala-gejala dari segi
hubungan keruangan’.
6.
Bintarto (1977), salah satu tokoh geografi Indonesia,
mendefinisikan bahwa Geografi
merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat Bumi,
menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas
mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur Bumi dalam
ruang dan waktu
7.
Hasil
semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
Kalau kita perhatikan beberapa
definisi/pengertian dan sejarah perkembangan dari geografi tersebut, ternyata
pengertian geografi selalu mengalami perkembangan. Namun kalau kita kaji lebih
jauh, di antara pandangan para ahli tersebut tampak ada kesamaan titik pandang.
Kesamaan titik pandang tersebut adalah mengkaji:
1. bumi sebagai tempat tinggal;
2. hubungan manusia dengan lingkungannya
(interaksi);
3. dimensi ruang dan dimensi historis; dan
4. pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi
(kelingkungan) dan regional (kewilayahan).
Sejarah Perkembangan Geografi.
Istilah
geografi kali pertama diperkenalkan seorang ahli filsafat dan astronomi
terkenal yang bernama Eratosthenes (276–194 SM). Menurutnya, geografi
berasal dari kata Geographika yang berarti tulisan atau deskripsi
tentang Bumi.
ada masa itu, ilmu
geografi pada umumnya menceritakan berbagai tempat di permukaan Bumi sebagai
hasil penjelajahan ke berbagai penjuru dunia yang dikenal dengan aliran Logografi.
Selain memperkenalkan istilah Geographika, Eratosthenes juga merupakan
orang pertama yang berhasil menghitung keliling Bumi secara matematis. Hal
tersebut dilakukan dengan membandingkan panjang busur dua kota di Mesir, yaitu
Alexandria (Iskandariyah) dan Seyne (Aswan) dengan panjang keliling Bumi secara
keseluruhan. Adapun dari hasil pengamatannya, Eratosthenes memperkirakan
panjang keliling Bumi adalah 252.000 stadia (1 stadia = 157 meter).
Gambar 1.2
Pengukuran Eratosthenes
O = Tugu batu
di Alexandria
W = Sumur di
Syene
AB = Sinar
matahari di Alexandria
SC = Sinar
matahari di Syene
U = Sudut
pertemuan
Jarak OW
ditandai oleh sudut OCS sama dengan 1/50
dari keliling lingkaran.
Sumber:
Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi,
2001
Pengukuran yang dilakukan Eratosthenes untuk menunjukkan
bahwa Bumi bulat.
Hasil
pengukuran Eratosthenes ini pada akhirnya menjadi dasar dalam pembuatan globe
pertama yang dikembangkan Crates (150 SM). Bentuk globe pertama buatan
Crates tentunya masih sangat sederhana. Pengertian geografi ini terus mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan kemajuan pemikiran, pemahaman,
dan penelaahan manusia. Seorang ahli astronomi dan matematika bernama Claudius
Ptolemaeus (87–150 M) dalam bukunya yang berjudul Geograpike Unphegesis mengemukakan
bahwa geografi merupakan suatu penyajian melalui peta dari sebagian wilayah
permukaan Bumi yang menunjukkan ketampakan secara umum.
Menurut
Ptolemaeus geografi berbeda dengan Chorografi, karena chorografi lebih
mengutamakan ketampakan asli dari suatu wilayah bukan terletak pada ukurannya
(bersifat kualitatif), sedangkan geografi lebih mengutamakan hal-hal yang
bersifat kuantitatif. Sumbangan Ptolemaeus yang sangat berharga bagi
perkembangan ilmu geografi yaitu dalam bidang pemetaan (kartografi).
Selain itu Ptoleumaeus dianggap sebagai peletak dasar ilmu geografi
Gambar
1.3
Peta
Dunia Ptolemaeus
Peta dunia yang
dicetak pada 1482 merupakan
bagian dari buku kartografi yang ditulis oleh Ptolemaeus
Tokoh lain yang
sangat dalam pengembangan kajian ilmu geografi adalah Bernhardus Varenius (1622–1650).
Dalam bukunya yang berjudul Geographia Generalis, Varenius mengemukakan
pendapat bahwa pada dasarnya bidang kajian geografi dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu sebagai berikut.
a.
Geografi Umum
1)
Bagian
terestrial, yaitu pengetahuan tentang Bumi sebagai keseluruhan bentuk dan
ukurannya.
2)
Bagian falakiah,
yaitu bagian yang menelaah relasi Bumi dengan planet serta bintang-bintang di
jagat raya.
3)
Bidang
komparatif, yaitu deskripsi mengenai Bumi secara lengkap. Dalam hal ini meliputi
letak relatif dari berbagai tempat di permukaan Bumi serta prinsip-prinsip
pelayaran samudra.
b.
Geografi Khusus
1)
Aspek langit,
yaitu aspek yang secara khusus mempelajari keadaan iklim.
2)
Aspek permukaan
Bumi, (litosfer) yaitu aspek yang mempelajari mengenai relief atau
bentuk muka bumi, flora serta fauna di berbagai wilayah di permukaan Bumi.
3)
Aspek manusia,
yaitu aspek yang mempelajari aspek penduduk, perdagangan, dan pemerintahan di
berbagai wilayah.
Geografi khusus
ini kemudian berkembang menjadi geografi regional yang membahas berbagai
wilayah di permukaan Bumi. Perkembangan ilmu geografi juga dipengaruhi oleh
adanya pemikiran yang beraliran fisis determinis. Kelompok ini
berpendapat bahwa keadaan alam suatu wilayah sangat menentukan sifat, karakter,
dan pola hidup penduduk yang menempati daerah tersebut.
Beberapa ahli
geografi yang beraliran fisis determinis antara lain Karl Ritter, Friederich
Ratzel, dan Elsworth Huntington. Faham determinis banyak
dipengaruhi oleh pemikiran Darwin dengan teori evolusi biologi dalam
perkembangan makhluk hidup. Sebagai contoh, Ratzel (Jerman) menganggap
negara sebagai organisasi hidup (makhluk hidup) yang dalam
perkembangannya memerlukan makanan, minuman, dan ruang bagi kehidupan.
Untuk memenuhi kebutuhan, suatu negara pada umumnya akan mencari dan
menguasai wilayah-wilayah lain di sekitarnya, terutama wilayah yang
lemah.
Huntington
(USA) berpendapat bahwa kondisi iklim suatu wilayah sangat menentukan tingkat
kemajuan sosial budaya penduduknya. Faham fisis determinis ini banyak ditentang
oleh kelompok yang beraliran Posibilisme. Menurut kelompok posibilisme,
yang sangat menentukan kemajuan suatu wilayah adalah tingkat kemampuan
penduduk, sedangkan alam hanya memberikan kemungkinankemungkinan untuk diolah
dan dimanfaatkan bagi kehidupan
manusia. Tokoh
utama aliran ini adalah Paul Vidal de La Blache (Prancis).
Karl
Ritter (1779-1859)
Seorang tokoh
geografi Jerman. Pendiri dan
pengembang geografi manusia modern dari
penelitiannya.
Dia menulis
buku Die Erdk unde im Verhaltnis
zur Natur und zur Geschicte.
He is German
geographer. A founder of modern human
geography from high beam
research. He wrote a book Die Erdk unde
im Verhaltnis zur Natur und zur
Geschicte.
Sumber: Geografi
Pemahaman Konsep dan Metodologi, 2000.
Konsep artis zaman pertengahan dari Claudius Ptolemaeus.
berasal dari Mesir selatan.
Astronom, ahli ilmu bumi, dan pakar fisika Arab selanjutnya
merujuk padanya menggunakan nama Arabnya Batlamyus
Konsep esensial geografi.
Konsep adalah pengertian dari sekelompok fenomena/gejala-gejala,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai gejala/fenomena yang sama.
Nursid Sumaatmaja (1981) mengatakan konsep merupakan pola abstrak
yang dapat diguna kan untuk mengungkapkan beragai factor, gejala dan masalah.
Konsep geografi memiliki jumlah yang sangat banyak. Akan tetapi
pada dasarnya konsep geografi terbagi kedalam dua bagian yaitu :
1. Konsep geografi secara Denotatif
Yaitu dapat menjelaskan berbagai pengertian gejala geografi
berdasarkan definisi atau kamus. Contoh : Erosi merupakan proses pelepasan dan
pemindahan massa batuan secara alami dari suatu tempat ke tempat lain oleh
suatu zat pengangkut yang bergerak diatas permukaan bumi.
2. Konsep geografi secara Konotatif
Yaitu konsep ini memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan
arti secara harfiah. Didalamnya menyangkut semua aspek yang berhubungan dengan
konsep yang dibahas al : persebarannya, factor pendorongnya, jenisnya dan
proses pembentukannya.
Konsep Geografi bermanfaat untuk membimbing kita dalam berfikir dari
sudut pandang Geografi.
Berikut pendapat para ahli tentang konsep Geografi :
1. Menurut IGI
Ada 10 konsep esensial (dasar) geografi menurut IGI, yaitu:
1. Konsep lokasi
Konsep lokasi atau letak merupakan
konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus
ilmu atau pengetahuan geografi. Konsep letak juga merupakan jawaban atas pertanyaan
pertama dalam geografi, yaitu dimana?
Secara pokok dapat dibedakan antara
pengertian lokasi absolut dan lokasi relatif.
1.1.
Lokasi Absolut
Lokasi absolut menunjukan letak yang
tetap terhadap sistem grid (kisi-kisi) atau koordinat. Untuk menentukan lokasi
absolut dimuka bumi digunakan sistem koordinat garis lintang dan garis bujur
yang biasa disebut letak astronomis. Letak absolut bersifat tetap, tidak
berubah meskipun kondisi tempatyang bersangkutan terhadap sekitarnya mungkin
berubah.
Contoh :
Suatu titik atau tempat di bumi yang
berlokasi pada 123º 35' 0" BT dan 10º 12' 0" LS. ada di kota
Kupang,NTT. Tidak ada tempat lain dimuka bumi yang menunjukan lokasi yang sama
dengan tempat itu. Lokasi absolut itu tidak berubah selagi sistem koordinat
yang dipakai masih tetap berpangkal pada garis ekuator dan meridian Greenwich.
Jadi, kondisi tempat itu yang masih berupa padang ilalang, walaupun nantinya
akan berubah menjadi permukiman yang penting tidak dipersoalkan.
1.2.
Lokasi Relatif
Lokasi relatif lebih penting artinya
dan lebih banyak dikaji dalam geografi, lazim disebut letak geografis, artinya
lokasi ini berubah-ubah berkaitan dengan keadaan sekitarnya.
Contoh :
Tempat yang mempunyai letak
astronomis 123º 35' 0" BT dan 10º 12' 0" LS, dahulu berupa padang ilalang
yang tandus, tepatnya di kel Tenau kec Alak, Kota Kupang, NTT. Pada saat itu,
tempat tersebut kemungkinan tidak memiliki arti penting bagi kehidupan. Namun
pada saat ini daerah itu telah didirikan Pabrik Semen Kupang dan juga Perumnas,
sekarang tempat itu mempunyai arti yang amat penting.
Lokasi yang berkaitan dengan keadaan
disekitarnya dapat memberi arti yang sangat menguntungkan atau merugikan.
Lokasi di dekat atau di tepi jalan raya dapat menjadikan harga tanah sangat
mahal. Namun sekaligus juga menjadi kurang disenangi bagi keperluan tempat
tinggal golongan orang tertentu karena bising dan juga polusi asap kendaraan
bermotor. Lokasi sekitar pabrik-pabrik yang mengeluarkan suara bising dan bahan
polusi tidak menguntungkan sebagai tempat tinggal. Namun, untuk pertimbangan
ekonomi (dekat dengan tempat bekerja) mungkin kawasan itu menjadikan juga
pilihan tempat pemukiman bagi para pekerja pabrik yang penghasilannya rendah.
2. Konsep Jarak.
Jarak sebagai konsep geografi
mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, ataupun kepentingan
pertahanan. Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami, meskipun arti
pentingnya bersifat relatif sejalan dengan kemajuan kehidupan dan teknologi.
Jarak berkaitan erat dengan lokasi
dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan, seperti air,
tanah yang subur, dan pusat pelayanan. Jarak dapat dinyatakan dengan ukuran
jarak lurus di udara yang mudah diukur pada peta (dengan memperhatikan skala
peta) . Namun dapat pula dinyatakan dengan jarak tempuh, baik yang berkaitan
dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun dengan satuan biaya angkutan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi
serta upaya efisiensi, jarak tempuh dan biaya angkutan antara dua tempat yang
berjauhan akan berubah dari waktu kewaktu. Jarak yang semula ditempuh
berhari-hari dengan berjalan kaki, kemudian dapat ditempuh hanya beberapa jam
dengan kendaraan bermotor atau kereta api, dan selanjutnya dapat ditempuh lebih
cepat lagi hanya beberapa menit dengan menggunakan pesawat terbang.
Jarak sebagai pemisah antara dua
tempat juga berubah sejalan kemajuan sarana angkutan dan komunikasi. Itulah
sebabnya, orang bisa mengatakan bahwa”dunia menjadi makin kecil” dan “jarak
menjadi dekat”.
Dengan teknologi komunikasi
mutakhir, orang dapat berbicara dengan orang lain atau melihat peristiwa yang
terjadi di benua lain dalam waktu yang sesaat, yaitu melalui telepon sambungan
internasional atau melalui siaran televisi yang dipancarkan satelit.
Sebaliknya, bagi banyak orang , khususnya bagi yang masih belum mampu
menjangkau atau menggunakan sarana komunikasi atau sarana angkutan modern yang
biayanya lebih mahal, jarak tetap merupakan faktor penghambat atau pemisah.
Dalam kaitannya dengan perekonomian,
jarak tetap merupakan faktor pembatas sehingga orang mengembangkan rumusan
teori atau model-model yang bertalian dengan jarak angkut, nilai sewa tanah,
dan zonifikasi tata lahan. Jarak berpengaruh pada harga barang dan juga nilai
sewa dan harga tanah.
Contoh :
Jarak pada peta melalui garis
lengkung atau berkelok-kelok dapat diukur dengan alat yang disebut kurvimeter.
Alat tersebut menunjukan jarak pada peta dengan skala-skala tertentu.
3. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan (accessibility) tidak
selalu berkaitan denga jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan atau
ada tidaknya sarana angkutan dan komunikasi yang dapat dipakai.
Suatu tempat dapat dikatakan
terasing atau terisolasi kalau tempat itu sukar dijangkau (dengan sarana
komunikasi atau angkutan) dari tempat lain, meskipun tempat itu relatif tidak
jauh dari tempat lain. Rintangan medan yang berupa rangkaian pegunungan tinggi,
hutan lebat, rawa-rawa, atau gurun pasir yang luas merupakan penyebab suatu
tempat kurang dapat dijangkau dari tempat lain.
Faktor sosial yang berupa bahasa,
adat istiadat, serta sikap penduduk yang berlainan (mencurigai setiap orang
asing sebagai musuh) dapat menjadi faktor penyebab kurang terjangkaunya suatu
tempat.
Keterjangkauan umumnya juga berubah
akibat perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi. Sebaliknya,
tempat-tempat yang keterjangkauannya sangat rendah sulit mencapai kemajuan dan
mengembangkan perekonomiannya.
Contoh :
Penduduk pulau Jawa lebih padat dan
lebih maju dibandingkan dengan kawasan di Kalimantan yang dikelilingi rawa
sangat luas dan hutan lebat. Kepadatan penduduk Papua paling rendah
dibandingkan dengan kawasan lainnya karena reliefnya kasar dan banyak suku yang
hidup secara terisolasi. Adakalanya dalam jarak belasan atau beberapa kilometer
sudah didapatkan penduduk dengan bahasa yang sangat berlainan.
Konsep keterjangkauan juga berlaku
bagi individu. Bagi individu yang mudah melakukan kontak atau berkomunikasi
(bergaul) dengan orang lain lazimnya akan lebih mudah maju dan menyesuaikan
diri. Sebaliknya,bagi individu yang tertutup cenderung mengalami keterbela
kangan.
4. Konsep Pola
Pola berkaitan dengan susunan,
bentuk, atau persebaran fenomena yang bersifat alami (aliran sungai, persebaran
vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan) maupun fenomena sosial budaya
(permukiman, persebaran penduduk, mata pencaharian, dan jenis rumah tinggal).
Geografi mempelajari pola-pola
bentuk dan persebaran, memahami makna atau artinya, serta berupaya untuk
memanfaatkan dan mengintervensi atau memodifikasi pola-pola agar men dapatkan
manfaat yang lebih besar.
Contoh :
Orang akan berladang atau
menggembalakan ternak di daerah yang memiliki curah hujan ecil atau bersawah di
daerah datar dan cukup air. Di kawasan yang sudah maju, orang membuat
terusan-terusan untuk lebih memanfaatkan sungai-sungai yang ada sebagai sarana
angkutan air. Aliran sungai, tanah yang kurang subur, dan tanah datar yang
terbatas menyebabkan pola-pola permukiman yang memanjang (sepanjang tepi
sungai), menggemrombol, meyebar, dan berpencar tidak merata.
Daerah perkotaan yang dibangun
secara terencana, orang membuat daerah permukiman sedemikian rupa untuk
memudahkannya mencapai pasar atau tempat berbelanja, kantor, dan sekolah, serta
mewujudkan kehidupan yang nyaman dan akrab. Sebaliknya dengan keterbatasan,
segolongan orang bertempat tinggal pada rumah yang saling berimpitan tanpa
disertai fasilitas pelayanan umum yang memadai.
5. Konsep Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan
daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara
geologi) yang lazim disertai erosi dan sedimentasi sehingga ada yang berbentuk
pulau-pulau, daratan luas yang berpegunungan dengan lereng-lereng tererosi,
lembah-lembah, dan daratan aluvialnya. Morfologi juga menyangkut bentuk lahan
yang ber kaitan dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah,
ketersediaan air, serta jenis vegetasi yang dominan.
Bentuk daratan ataupun plato (dengan
kemiringan tidak lebih dari 5 derajat) merupakan perwujudan wilayah yang mudah
digunakan sebagai daerah permukiman dan usaha pertanian serta usaha-usaha pereokonomian
lainnya. Jika diperhatikan peta persebaran penduduk di Asia, ternyata penduduk
yang padat terpusat terutama dilembah-lembah sungai besar dan tanah-tanah datar
yang subur. Sebaliknya, wilayah pegunungan tinggi dengan lereng-lereng terjal
yang mempunyai keterjangkauan sangat terbatas, lazimnya merupakan wilayah yang
jarang penduduknya, bahkan tidak didiami manusia. Bentuk pulau dengan
garis-garis pantai yang panjang memberi arti khusus mengingat nilai maritimitas
yang tinggi.
6. Konsep Aglomerasi (menggerombol)
Aglomerasi merupakan kecenderungan
persebaran yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit
paling menguntungkan, baik mengingat kesejenisan maupun faktor-faktor umum yang
menguntungkan.
Di kota, penduduk cenderung tinggal
mengelompok pada tingkat yang sejenis sehingga timbul daerah permukiman elit,
daerah tempat tinggal para pedagang, daerah pemukiman atau kompleks perumnas
yang kebanyakan berpenghuni para pegawai negeri, serta daerah permukiman kumuh.
Di pedesaan yang masih agraris,
penduduk cenderung menggerombol ditanah datar yang subur dan membentuk
pedukuhan atau pedesaan. Makin subur tanah dan luas daratan, makin besar desa
dan jumlah penduduknya. Sebaliknya, makin terbatas tanah datar dan kurang
subur, gerombolan bentuk desa makin kecil dan makin terpencar.
Salah satu keuntungan dari
aglomerasi penduduk yang padat adalah dimungkinkan sistem ekonomi aglomerasi.
Sistem ini dimaksudkan memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai daerah
pemasaran atau pelayanan. Namun hanya meliputi wilayah yang sempit.
7. Konsep Kegunaan
Nilai Kegunaan fenomena atau
sumber-sumber dimuka bumi bersifat relatif, tidak sama bagi setiap orang atau
golongan penduduk. Daerah pantai berpasir yang landai dengan perairan jernih
belum tentu memiliki kegunaan yang besar bagi penduduk setempat. Apalagi jika
kehidupan penduduk tersebut berorientasi pada pemanfaatan sumber-sumber
didaratan dan banyak jalan darat dapat ditempuh. Sebaliknya, bagi masyarakat
kota yang hidup berkecukupan, daerah pantai bagi sebagian orangmemiliki nilai
kegunaan yang tinggi, yaitu sebagai tempat rekreasi dan pariwisata.
Demikian pula, daerah dataran banjir
bagi orang-orang yang lebih maju merupakan daerah rawan dan kurang berguna
sebagai tempat tinggal. Sebaliknya bagi masyarakat tertentu yang turun temurun
telah tinggal didaerah itu merupakan pilihan tempat tinggal yang cukup
menyenangkan, walaupun harus disertai dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan untuk mengatasi kerawanan banjir dan memanfaatkan daerah itu.
8. Konsep Interaksi dan Interdependensi
Interaksi merupakan peristiwa saling
mempengaruhi obyek atau tempat yang satu dengan yang lainnya. Setiap tempat
mengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa
yang ada ditempat lain. Oleh karena itu, senantiasa terjadi interaksi atau
bahkan interdependensi antara yang satu dan yang lain.
Daerah pedesaan menghasilkan pangan
dan produk-produk yang dibutuhkan oleh penduduk perkotaan. Sebaliknya, daerah
perkotaan menghasilkan barang industri, jasa, dan informasi yang juga
diperlukan oleh kawasan pedesaan. Akibatnya, terjadilah interaksi berupa
pengangkutan barang produk pertanian dari desa ke kota. Sebaliknya, kota
menyediakan transportasi, mengirimkan produk industri atau bahan olahan ke pedesaan,
dan juga berbagai informasi serta jasa kredit bank. Interaksi juga terjadi
antara kota yang satu dan kota yang lain, baik dalam bentuk pertukaran barang
dan jasa maupun pertukaran penduduk.
Interaksi keruangan juga terjadi
antara unsur atau fenomena setempat, baik antar fenomena alam maupun kehidupan.
Interaksi antara endapan pasir yang diangkut air sungai dengan hempasan
gelombang (ombak) oleh dorongan angin dari tengah laut menghasilkan garis batas
antara air dan daratan dengan pasir didasarnya senantiasa bergerak berubah-ubah
bentuk atau posisinya.
Dalam bertani, orang mempeloleh
bahan makanan dari lahan yang ditanami dan sekaligus juga mengurangi kesuburan
tanah. Oleh karena itu, petani mengatasinya dengan mengembalikan kesuburan
melalui pemupukan. Dalam bertani seperti contoh tersebut menunjukan terjadi
interaksi antara petani dan lahan. Bahkan, hubungan petani dan lahan tersebut
sudah meningkat menjadi saling ketergantungan (interdependensi). Petani
memerlukan lahan tersebut untuk memeperoleh bahan makanan, sedangkan lahan
tersebut memerlukan dukungan petani untuk memberi pupuk agar tetap subur.
9. Konsep Deferensial Areal
Di setiap tempat atau wilayah,
terwujud hasil integrasi berbagai unsur atau fenomena lingkung an baik bersifat
alam maupun kehidupan. Integrasi fenomena menjadikan suatu tempat atau wilayah
mempunyai corak tersendiri sebagi region yang berbeda dari tempat atau wilayah
yang lain.
Unsur atau tempat fenomena
lingkungan bersifat dinamis. Sementara itu, keadaan berubah dan interaksi atau
integrasi juga menghasilkan karakteristik yang berubah dari waktu ke waktu.
Wilayah pedesaan dengan corak khas
berupa persawahan, kehidupan petani yang masih tradisional, serta beraneka
ragam pekarangan memiliki perbedaan dengan areal perkotaan. Namun keduanya
sama-sama mengalami perubahan. Bahkan dipedesaan juga terdapat perbedaan antara
desa yang satu dengan yang lain karena fenomena atau unsur-unsur yang
mewujudkannya tidak sama betul.
Fenomena yang berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain itu
menyangkut jarak yang dekat, sedang atau jauh dari jalan, perumahan yang padat
sedang, atau jarang , harga tanah (rumah) yang murah, sedang atau mahal,
pendapatan penduduk yang tinggi, sedang atau rendah. Selama itu,
fenomena-fenomena atau unsur-unsur lingkungan alam tentu juga tidak sama betul.
Diferensiasi areal, antara lain juga
mendorong interaksi antar tempat atau antar desa dalam bentuk mobilisasi
penduduk dan pertukaran barang atau jasa-jasa seperti buruh tani dan penyewa
alat pertanian.
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan atau asosiasi
keruangan menunjukan derajat keterkaitan persebaran suatau fenomena dengan
fenomena yang lain disuatu tempat atau ruangan, baik yang menyangkut fenomena
alam, tumbuh-tumbuhan maupun sosial.
Kemiringan lereng dengan tebal
tanah, seperti makin terjal lereng akan disertai dengan feno mena makin tipis
tanah karena dilereng yang terjal erosi terjadi makin intensif. Zona lereng
tertentu dengan ketebalan tanah tertentu mewujudkan suatu region tersendiri,
walau dengan skala mikro dan unsur-unsur
yang terbatas jumlah atau jasanya (lereng, tanah, kandungan air, dan jenis
vegetasi).
Alang-alang (rumput liar) ditempat
terbuka yang mendapat sinar dan tidak ditanami tumbuhan. Sebaliknya, lumut akan
tumbuh dipohon-pohonan atau tempat yang teduh dan lembab.
Daerah gurun merupakan perwujudan
kovariasi fenomena antara kekeringan (keadaan iklim), kelangkaan vegetasi jenis
tertentu, kehidupan fauna khas daerah gurun, dan pelapukan batuan lepas yang
lebih dominan dari pada adanya tanah.
2. Konsep Geografi
Menurut Henry J Warman
Henry J Warman mengemukakan 15 konsep geografi yang dapat dipergunakan
sebagai landasan untuk mengungkapkan gejala-gejala yang terdapat dipermukaan
bumi. Dengan demikian dapat dipahami adanya hubungan sebab-akibat, hubungan
fungsi, proses terjadinya gejala, dan masalah-masalah geografi yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep tersebut adalah :
1)
Konsep Regional (Regional concept)
2)
Konsep ruang kehidupan (Life Layer concept)
3)
Konsep manusia sebagai makhluk yang paling dominan (man
ecological dominant concept).
4)
Konsep Global (Globalism concept).
5)
Konsep interaksi keruangan (spatial interaction concept)
6)
Konsep hubungan antar tempat (areal relationship concept)
7)
Konsep tempat yang sama (areal likenesses concept)
8)
Konsep perbedaan tempat (areal differences concept0
9)
Konsep keunikan tempat (areal uniquenesses concept).
10)
Konsep persebaran lokasi (areal distribution concept)
11)
Konsep lokasi relatif (relative location concept)
12)
Konsep perbandingan keuntungan (comparative advantage
concept)
13)
Konsep perubahan yang terus menerus (perpetual
transformation concept)
14)
Konsep penetapan sumber budaya (culturally defined
resources concept)
15)
Konsep bumi bulat pada bidang datar (round earth on flat
paper concept).
Berikut ini contoh pengembangan konsep
geografi dalam uraian yang lebih lengkap, dengan mengambil salah satu konsep
yaitu aglomerasi pemukiman. Pola persebaran pemukiman berbeda-beda, hal ini
disebabkan keadaan wilayah yang berbeda-beda pula. Persebaran pemukiman itu
antara lain disebabkan oleh adanya sungai atau jalan raya, pusat kegiatan
ekonomi, adanya daerah tambang, pola penggunaan tanah, alasan keamanan dan
sebagainya.
Pola persebaran pemukiman dapat ditinjau dari
dua aspek yaitu kejarangannya dan bentuk nya. Kejarangannya terdiri dari
menggerombol (clustered), menyebar tak teratur (random) dan teratur (regulair).
Clustered Random Regulair
Dilihat dari bentuknya dapat mempunyai pola linier
(garis) dan konsentris (memusat).
Contoh pemukiman yang mempunyai pola linier adalah
pemukiman yang ada di tepi jalan raya dan Sungai-sungai besar.
Contoh pemukiman yang mempunyai pola
konsentris adalah pemukiman di tengan sawah.
Ruang Lingkup dan Obyek
Studi Geografi
Ruang Lingkup
Rhoad Murphey dalam bukunya The Scope of Geography
merumuskan tiga pokok ruang lingkup studi geografi, yaitu sbb :
- Persebaran dan keterbatasan penduduk dimuka bumi dengan sejumlah aspek-aspek keruangan serta bagaimana manusia memanfaatkannya.
- Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu satu bagian dari keanekaragaman wilayah.
- Kajian terhadap Region atau wilayah. Kajian terhadap region ini merupakan telaahan yang paling komprehensip dan terpadu antara unsur-unsur wilayah. Oleh karena itu para ahli geografi sepakat bahwa kajian region merupakan obyek formal geografi.
IGI memilah Ruang Lingkup atas 3 bagian,yaitu
dilihat dari aspeknya, konteksnya, dan tekniknya.
Dilihat dari segi aspeknya, Geografi terdiri atas
empat obyek kajian yaitu : atmosfer, Litosfer, hidrosfer dan biosfer. Aspek
atmosfer terdiri atas cuaca dan iklim, Aspek litosfer terdiri atas toposfer dan
Pedosfer, Aspek hidrosfer terdiri atas air didaratan dan air dilautan. Aspek
biosfer terdiri atas fauna, flora dan antroposfer.
Dilihat dari segi konteksnya, geografi mempelajari
konteks keruangan, konteks kelingkungan dan konteks kewilayahan.
Dilihat dari segi tekniknya, Geografi memiliki
tahapan kegiatan ; identifikasi, inventarisasi, analisis, sintesis,
klasifikasi, dan evaluasi.
Kegiatan teknik Geografi didukung
oleh kegiatan pemetaan, Penginderaan jauh, dan Sistem Informasi Geografis.
Objek Study Geografi .
Beberapa
ahli telah banyak mengemukakan objek kajian dari disiplin ilmu geografi, akan
tetapi semuanya memiliki perbedaan. Jika diurutkan kembali, akan terlihat bahwa
objek geografi terdiri atas dua aspek, yaitu material dan formal.
a. Objek Material
Objek
material geografi adalah Geosfer yang terdiri atas Litosfer (lapisan
kulit bumi), Atmosfer (lapisan udara), Hidrosfer (lapisan air), Biosfer
(lapisan hewan dan tumbuhan), dan Antroposfer (lapisan manusia).
Lapisan-lapisan tersebut sebenarnya dikaji pula oleh bidang ilmu lain.
Contohnya kajian litosfer oleh Geologi, atmosfer oleh Klimatologi, Geofisika
dan Meteorologi, hidrosfer oleh Hidrologi, biosfer oleh Biologi, dan
antroposfer oleh disiplin ilmu, seperti Sosiologi, Antropologi, Politik,
Ekonomi, dan disiplin ilmu-ilmu yang lainnya.
Di manakah
letak geografi? Geografi mempelajari ilmu kebumian dan kehidupan manusia secara
terintegrasi. Geografi juga mempelajari hubungan dan pengaruhnya secara timbal
balik antara faktor fisikal dan manusia secara menyeluruh? Oleh karena itu,
ilmu geografi berada pada dua pijakan antara ilmu alam dan ilmu sosial.
Adapun
yang menjadi ciri-ciri geografi adalah sebagai berikut.
1)
Geografi
melihat permukaan bumi sebagai lingkungan hidup manusia dan lingkungan yang
berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
2)
Geografi
melihat penyebaran manusia dalam ruang dan bagaimana ruang dengan segala sumber
dayanya.
3)
Geografi
melihat ciri khas suatu daerah sehingga persamaan dan perbedaan dari wilayah di
permukaan bumi dapat terlihat dengan jelas.
4)
Dalam
mempelajari suatu fenomena atau gejala, geografi selalu mengaitkannya dengan
unsur letak, jarak, penyebaran, interelasi, gerakan, dan regionalisasi dari
suatu wilayah.
Sebagai
contohnya dalam mengkaji masalah banjir. Geografi tidak hanya melihat luas
genangan, kedalaman, dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, tetapi dikaji
juga bagaimana latar belakang timbulnya fenomena banjir tersebut. Bagaimana
penggunaan lahan di daerah hulu, penggarapan lahan, kemiringan lereng,
intensitas hujan, dan faktor sosial budaya penduduk setempat di daerah hulu
sungai? Kajian jumlah dan kepadatan penduduk, pemilikan lahan, cara penggarapan
lahan, tingkat pendidikan, pendapatan, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya dalam
memanfaatkan potensi lingkungan. Kemudian, diamati juga bagaimana peranan
daerah hilir sebagai daerah limpasan air, seperti lebar kedalaman sungai,
penggunaan lahan, dan faktor sosial, budaya, serta ekonomi penduduk setempat di
sekitar sungai.
b. Objek Formal
Objek
formal geografi adalah cara pandang dan berpikir terhadap gejala yang ada di
permukaan bumi. Gejala tersebut baik berupa keadaan fisik maupun keadaan
sosialnya. Cara pandang geografi terhadap objek formal dapat dilihat dari
organisasi keruangan (spatial setting) yang meliputi:
1)
pola persebaran
gejala tertentu di permukaan bumi (spatial pattern);
2)
keterkaitan
atau hubungan yang terjadi antargejala atau fenomena tersebut (spatial
system); dan
3)
perkembangan
atau perubahan yang terjadi pada gejala tersebut (spatial process).
Dari pandangan
objek formal, maka akan muncul beberapa pertanyaan yang dikenal dengan 5 WH +
1H. Pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mengetahui gejala-gejala yang terdapat
di permukaan bumi sehingga hasil uraiannya jelas sebagai cara pandang geografi.
Pertanyaanpertanyaan tersebut yaitu sebagai berikut.
1) What
Pertanyaan yang
diajukan untuk mengetahui apa yang terjadi.
2) Where
Pertanyaan
mengenai lokasi, persebaran fenomena atau gejala di permukaan bumi dengan
tujuan untuk mengetahui di mana fenomena atau gejala tersebut terjadi.
3) When
Pertanyaan ini
diajukan untuk mengetahui kapan peristiwa tersebut terjadi.
4) Why
Pertanyaan ini
diajukan untuk mengetahui mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi.
5) Who
Pertanyaan ini
untuk mencari pelaku dari terjadinya suatu peristiwa di alam, agar orang
mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut atau
individu yang terlibat di dalamnya.
6) How
Pertanyaan ini
untuk mencari jawaban dari bagaimana peristiwa tersebut seharusnya dapat
diselesaikan dengan baik. Contoh penerapan aplikasi penggunaan 5WH + 1H dalam
mengkaji
bencana tsunami
di Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu sebagai berikut.
1) (What)
Apa yang terjadi?
Bencana alam
tsunami.
2) (Where)
Di mana terjadi bencana tersebut?
Di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Provinsi Sumatra Utara bagian barat.
3) (When)
Kapan terjadi bencana tsunami tersebut?
Pada Minggu
pagi, sekitar pukul 08.40 WIB, 26 Desember 2004.
4) (Why)
Mengapa terjadi bencana tersebut?
Bencana
tersebut terjadi karena pergerakan (dislokasi dan deformasi)
lempeng tektonik Samudra Hindia-Australia yang bergesekan dengan lempeng
tektonik Benua Eurasia (bagian Sumatra). Terjadi gempa bumi berkekuatan 9,2
skala richter di dasar laut Samudra Hindia. Akibatnya, air laut yang berada di
atasnya terpengaruh dan menjadi gelombang besar (tsunami). Gelombang menyapu
kota serta desa-desa yang berada di sepanjang pantai barat Aceh dan sekitarnya.
5) (Who)
Siapa yang menyebabkannya?
Tenaga yang
berasal dari dalam bumi (tenaga endogen) dan luar bumi (tenaga eksogen) yang
mengakibatkan terjadinya gempa bumi berupa gelombang tsunami.
6) (How)
Bagaimana cara menanggulanginya?
Daerah
sepanjang pantai barat Pulau Sumatra merupakan daerah yang berpotensi sering
terjadi gempa bumi dan tsunami. Oleh karena itu, cara penanggulangan bencana
tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Pembuatan
undang-undang untuk tidak mendirikan bangunan permanen apalagi berbentuk kota
besar di sepanjang daerah jalur gempa dan tsunami yang tertuang dalam
undang-undang perencanaan wilayah.
b) Memberikan
penyuluhan (public education) kepada penduduk tentang kondisi geologis
daerah yang berpotensi akan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Sehingga setiap
individu selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa bumi yang
disertai gelombang tsunami.
c) Pengembangan
sistem pemantauan terhadap gempa bumi dan tsunami.
d)
Pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan gempa bumi dan tsunami.
Bencana tsunami
yang melanda wilayah Nanggroe Aceh Darussalam dapat dianalisis dengan
menggunakan 5WH + 1H.
Tema yang
paling mendasar dari objek formal geografi adalah region yaitu kesatuan daerah
yang menunjukkan karakteristik tertentu atau ciri khas yang dapat dibedakan
dengan daerah lainnya. Karakteristik atau ciri khas suatu tempat dapat berupa
karakteristik aspek fisik, manusia, atau gabungan dari keduanya. Terdapat
banyak cara untuk menentukan region bergantung pada kriteria apa yang akan
dipergunakan (fisik, sosial, aktivitas ekonomi, budaya, politik, bahasa, agama,
etnik, dan kriteria-kriteria lainnya). Ruang lingkup atau cakupan region pun
sangat bervariasi, seperti desa, kota, kabupaten, provinsi, negara, atau
himpunan-himpunan internasional, contohnya region Asia Tenggara.
Regionalisasi
pada dasarnya adalah pengumpulan, pengklasifikasian atau pengelompokan wilayah
ke dalam wilayah yang sejenis. Dari pengelompokan tersebut pada akhirnya akan
tampak daerah yang menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan. Objek formal
studi geografi adalah cara pandang keruangan yang dituangkan dalam
konsep-konsep geografi. Konsep geografi sangat beragam, salah satunya meliputi
lokasi, jarak, tempat, hubungan timbal balik, gerakan dan perwilayahan.